Cuaca cukup terik ketika saya dan beberapa teman tiba di Diponegoro 10, Kota Padang tengah hari itu. Setelah membayar tiket masuk, kami pun melangkah memasuki halaman Museum Adityawarman yang cukup luas dan ditanami banyak pohon.
Sebuah tugu berbentuk silinder bercat putih dengan sebuah bola di atasnya yang juga bercat putih menyambut kami sebelum masuk ke bangunan utama museum.
Bangunan Museum Adityawarman memiliki bentuk khas yaitu rumah adat Minang atau Rumah Gadang, dengan tipe gajah maharam (gajah mendekam). Atap bangunan berbentuk tanduk kerbau sementara dinding dari kayu berwarna coklat tua dengan ukiran-ukiran yang indah.
Sepasang patung pria-wanita berpakaian adat berdiri tepat di samping anak tangga di depan Museum Adityawarman tersebut. Nama Adityawarman diambil dari nama raja yang memerintah di daerah Pagaruyung pada abad ke-14, tepatnya tahun 1347-1375.
Melewati beberapa anak tangga di bagian depan bangunan museum, kami pun tiba di lantai 2 museum. Sebuah pelaminan di salah satu pojok ruangan cukup menarik perhatian saya. Pelaminan ini didominasi warna merah dan emas dari kain-kain yang membentuknya, sementara sepasang pengantin berpakaian adat ada di tengah-tengahnya. Warna dan motif pelaminan tersebut dipengaruhi oleh budaya China dan Gujarat (India).
Selain pelaminan, lantai 2 museum Adityawarman juga berisi benda-benda budaya Minangkabau lainnya. Seperti seperangkat meja dan kursi berwarna coklat yang berada di luar sebuah kamar tidur yang biasa terdapat di rumah gadang.
Laki-laki sebelum menikah tidak dapat kamar. Jadi tidak tidur di rumah keluarga, tapi di surau. Praktek ini masih bisa dijumpai di pedesaan. Berbagai perhiasan dan alat-alat musik yang dipakai dalam upacara perkawinan juga dipajang di museum ini. Tak ketinggalan replika makanan tradisional juga ditampilkan.
Dari lantai 2, saya turun ke lantai dasar. Di sini bisa dijumpai beberapa hewan yang sudah diawetkan, seperti macan, beruang madu dan satwa lainnya. Juga ditampilkan penjelasan terbentuknya Indonesia secara geologis pada masa pra-sejarah beribu tahun lampau, termasuk manusia pra-sejarah yang ada di Indonesia.
Dari bangunan utama, saya berpindah ke bangunan belakang dengan melewati taman atau halaman kecil di antaranya.
Di halaman tengah ini berdiri patung raja Adityawarman dan juga batu peresmian museum. Museum Adityawarman diresmikan pada tahun 1977 oleh Mendikbud saat itu, Prof. Dr. Syarif Thayeb.
Di bangunan belakang, kita bisa melihat kebudayaan masyarakat Mentawai. Berbagai foto kehidupan suku Mentawai termasuk alat-alat yang biasa dipakai bisa kita lihat di bangunan belakang tersebut.
Di ruang lain, ditampilkan berbagai miniatur rumah adat dari berbagai kabupaten yang ada di Sumatera Barat. Kunjungan ke Museum Adityawarman ini membuat saya bisa mengerti sejarah dan budaya Sumatera Barat.
wah saya 3x ke padang tapi blm pernah kesini
jadi kangen ke padang deh
banyak tempat wisata yg bagus di padang dan sekitarnya
Wah bagus nih untuk pelajaran sejarah… sayangnya jauh ya..
lumayan jauh, apalagi tiket pesawat sedang naik harganya 🙂
bikin kaget aja yang harimau, eh itu beneran ya? bukan patung?
btw, tiket masuknya berapa ke museum Adityawarman?
iya binatang asli. diawetkan
Belum pernah ke Padang hahaha, tempat yang wajib didatangin nih
banyak wisata budaya & alam yg keren di padang dan sekitarnya
aku sempet kaget sama foto macannya mas, mayan ya taringnya bikin ngeri heheh
itu macan asli yg diawetkan, jadi memang mengerikan tampangnya
Saya pernah ke Padang, tp belum ke museum ini
mudah2an bisa berkunjung kembali ke padang suatu hari nanti ya.
Dua pulau besar yang belum pernah saya kunjungi Sumatera dan Papua. Sering baca-baca tentang Padang, Palembang, dan berbagai kota di Sumatera. Keren-keren destinasi wisatanya, kebudayaan dan museum-museumnya. Semoga suatu hari bisa berkunjung ke sana
Amiin, mudah2an bisa berkunjung ke padang suatu hari nanti ya.
Semoga bisa berkesempatan ke museumnya biar bisa wisata sejarah
amiin… museumnya cukup bagus, baik dari koleksi maupun arsitektur bangunannya
Jadi kangen…waktu ke sumatera barat ini tempat pertama yg dikunjungi. Cukup unik karena nuansa minangkabau nya berasa banget dari bangunan sampai benda-benda di dalamnya
benar, lokasinya di kota jadi sangat mudah dijangkau
Wah bagus sekali, jadi mau main ke Padang aku belom pernah soalnya.
mudah2an bisa berkunjung ke padang suatu hari nanti ya
Belum pernah kesampaian juga nih saya ke Padang. Pengen banget wisata museum, kulineran, dll di sana
mudah2an bisa berkunjung ke padang suatu hari nanti ya
Padang itu identik banget dengan warna merah dan gold ya. Di museum ini pun terlihat sekali warna merah dan gold di berbagai sudut.
benar juga. warna2 yg cerah sekali
Aku pengen bangetttt ke Padang. Makan sate, sama sekalian mampir ke sini juga. Hehe
kuliner padang banyak yg enak sih ya
suku Mentawai mirip dengan suku Dayak ya, tato dan warna kulitnya!
lebih dekat Mentawai ke Nias sih, karena menurut ceritanya orang mentawai asalnya dari orang Nias yg pergi berlayar & menemukan tempat baru
Aku baru tau lho kalau anak cowo tidur di surau. Seneng baca tulisannya. 🙂
begitulah yg tertulis di museum. apakah kondisi ini masih berlaku hingga sekarang, mungkin saya perlu mencari informasi lebih lanjut
Karena aku belum pernah ke Padang tapi ini boleh jadi salah satu referensi kalau nanti aku ke Padang. Apalagi kalau pergi sama keluarga, sekalian mengenakan ke anak juga.
semoga bisake padang suatu saat nanti ya
Hewan-hewan yang sudah diawetkan tersebut ditujukan untuk apa ya mas? apakah memang untuk memperkenalkan satwa khas daerah sana atau ada hubungannya dengan kehidupan masyarakat setempat?
kayaknya memang satwa khas daerah sana
Sayangny aaktu dinas ke Padang dulu kurang browsing. Jadi ngga tau kalo di Padang ada tempat menarik ini. Diulang aja perginya deh wkwkwk.
iya betul.. semoga bisa ke padang lagi suatu saat nanti
lanjutkan om ceritanya. mantab ini jalan jalan ke padangnya ke museum. Kalau gw langsung ke toko oleh2 dan jembatan siti nurbaya ahaha
Ya ampun kaget akutu, tiba2 ada maung. Hehe.
Bagus ya om rumahnya, terasa luas dan asri.