Buku CID, Catatan Inspiratif Praksis CSR dalam Pengembangan Masyarakat memberikan gambaran bagaimana seharusnya CSR berfungsi. Saat ini masih terjadi misonsepsi atau salah kaprah yang terjadi dalam praktik CSR. Buku ini ditulis oleh Ditto Santoso, seorang profesional di bidang CSR perusahaan dan memiliki pengalaman berkarya di lembaga swadaya masyarakat nasional dan internasional. Ia terlibat di dalam berbagai jejaring dan inisiatif untuk mendorong praktik-praktik sustainability.
Dalam buku bersampul warna merah ini, Ditto menyajikan cerita disampaikan secara ringan. Dalam cerita-cerita tersebut, ia juga memberikan pemahaman terkait dengan bidang keberlanjutan, CSR, serta pelibatan dan pengembangan masyarakat. Cerita-cerita tersebut dikelompokkan dalam 3 bagian besar, yakni Mengawal Keberlanjutan, Mengelola Pemangku Kepentingan, serta Melibatkan dan Mengembangkan Masyarakat.
Miskonsepsi CSR
Pada awal buku CID di bagian Mengawal Keberlanjutan, diperlihatkan masih ada salah kaprah tentang CSR (Corporate Social Responsibility). Jika kita mendengar kata CSR, yang terlintas dalam pikiran yaitu bantuan, sumbangan, kepedulian, filantropi, dana sosial, atau politik etis perusahaan. Pemahaman seperti ini berpotensi membuat perusahaan tersandera oleh berbagai kepentingan, yang pada akhirnya akan menjadikan perusahaan sebagai sapi perah bagi pemangku kepentingan tersebut.
Ada 13 miskonsepsi CSR yang diulas di buku CID. Salah kaprah tersebut yaitu CSR sama dengan community development, CSR sama dengan kedermawanan, CSR menyangkut aspek sosial semata-mata, CSR dilasanakan oleh suatu unit tertentu, CSR tergantung pada keuntungan, CSR hanya untuk perusahaan besar, CSR “ditempelkan” kepada operasi perusahaan, CSR ditujukan kepada industri tertentu, CSR bertujuan akhir kepentingan konsumen, CSR meningkatkan biaya melakukan bisnis, CSR merupakan upaya pencitraan perusahaan, CSR bersifat fakutatif, dan CSR difokuskan kepada pemangku kepentingan eksternal (Tom Malik & Jalal, 2008).
Untuk mendapatkan pemahaman yang benar, perlu kembali kepada definisi tanggung jawab sosial itu sendiri. Didefinisikan, tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab organisasi atas dampak keputusan dan tindakannya terhadap masyarakat dan lingkungan; yang tercermin secara transparan melalui perilaku etis yang memberikan kontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan, termasuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; menginternalisasi ekspektasi para pemangku kepentingan; mematuhi hukum yang berlaku serta konsisten dengan norma perilaku internasional; serta terintegrasi di dalam organisasinya dalam segala interaksinya (ISO 26000: Guidance on Social Responsibility, 2010).
Setelah mendapatkan pemahaman yang benar tentang CSR, Ditto akan mengajak pembaca untuk mengenal CSR melalui cerita-cerita pendek berdasarkan pengalamannya. Cerita ringan tentang hujan, kuaci, nongkrong, ngopi, dan sebagainya yang sangat akrab dengan keseharian masyarakat pada umumnya, kemudian dihubungkan dengan CSR. Begitu sederhana, namun saya pikir mampu membuka pemikiran pembaca.
Buku CID, Jauh dari Teori-teori yang ‘Njlimet’
Saat pertama kali melihat buku CID ini, saya sempat mengira di dalamnya akan ada pembahasan dengan teori yang njlimet atau rumit tentang CSR. Saya sendiri pernah berkecimpung di bidang manufacturing selama beberapa tahun, dan cukup akrab dengan berbagai standar/peraturan ISO dan sejenisnya.
Beberapa standar yang populer misalnya ISO 9000 tentang manajemen mutu, ISO 14000 tentang manajemen lingkungan, ISO 22000 tentang manajemen keamanan pangan, ISO 26000 tentang tanggung jawab sosial, dan sebagainya. Mempelajari standar-standar tersebut, banyak klausul atau teori yang setidaknya membuat saya cukup pusing. Belum lagi bagaimana menerapkannya di lingkungan kerja, banyak tantangan yang akan dihadapi.
Namun kesan njlimet tersebut ternyata tidak saya temui di buku CID ini. Di sinilah, Ditto begitu piawai menuliskan pengalamannya dalam cerita-cerita ringan dan jauh dari kesan teoritis. Padahal, topik yang dibawakan menyangkut CSR yang dinamis dan memiliki ruang lingkup yang kompleks karena melibatkan banyak pemangku kepentingan.

Misalnya dalam cerita berjudul “Om”, dikisahkan bagaimana Ditto mengajak anak dan istrinya berdialog. Topiknya tentang pandangan mereka tentang pekerjaan Ditto yang mengharuskannya sering ke luar kota dalam waktu beberapa lama. Mengapa Ditto memilih untuk bertanya kepada istri dan anaknya? Karena merekalah pemangku kepentingan utama dalam kehidupan Ditto. Bukan tetangga kiri-kanan, atau tenaga keamanan lingkungan. Dari cerita sederhana ini, pembaca bisa memahami CSR dalam hal pemangku kepentingan yang terlibat di dalamnya.
Baca juga: Buku Ngehe, Kisah Pendiri Makaroni Ngehe
Buku CID, Apa yang Pembaca Peroleh?
Dengan pendekatan yang membumi dalam menjelaskan CSR, buku CID ini membawa pembaca memahami tanggung jawab sosial perusahaan yang dalam praktiknya sudah terlanjur salah kaprah selama bertahun-tahun di Indonesia.
Pembaca bisa mengetahui makna CSR yang menjadi arus utama global dan membandingkannya dengan pemahaman umum di Indonesia. Selain itu, pembaca bisa mengetahui bedanya CSR (Corporate Social Responsibility) dan Community (Involvement and) Development. Banyak dinamika bekerja di bidang Community Involvement & Development di bawah korporasi/perusahaan yang diulas di buku CID ini.

Keterangan Buku
Judul: CID, Catatan Inspiratif Praksis CSR dalam Pengembangan Masyarakat
Penulis: Ditto Santoso
Penerbit: Rumah Bangga
Terbit: 2020
ISBN: 978-623-91309-5-4
Untuk pemesanan buku CID, bisa hubungi Rumah Bangga
WhatsApp: 082-110-184-140
Facebook: Rumah Bangga
Instagram: @rumahbangga.97