Merayakan representasi perempuan dalam karya film melalui Bechdel Test Fest
Seni & Hiburan

Merayakan Reperesentasi Perempuan dalam Film melalui Bechdel Test Fest

[ A+ ] /[ A- ]

Bechdel Test Fest merupakan sebuah festival pemutaran film untuk merayakan representasi perempuan dalam karya film. Dikutip dari https://bechdeltestfest.com/, film-film yang tampil pada festival ini harus lolos Bechdel Test atau Tes Bechdel.

Tes Bechdel sendiri diperkenalkan pertama kali pada tahun 80-an dan muncul dalam sebuah komik berjudul ‘Dykes to Watch Out For’. Komik karya Alison Bechdel tersebut diterbitkan pada tahun 1985. Bechdel berbagi gagasan mengenai tes tersebut dengan seorang temannya yang bernama Liz Wallace. Sehingga, tes ini disebut juga Tes Bechdel-Wallace.

Munculnya Bechdel Test dilatarbelakangi oleh masih minimnya peran perempuan di dalam sebuah film atau karya fiksi lainnya. Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk mengukur sebuah film lolos mampu lolos Bechdel Test.

Pertama, ada setidaknya dua karakter perempuan di dalam film. Kedua, karakter perempuan tersebut memiliki nama. Dan terakhir, tokoh perempuan tersebut saling berinteraksi dan membahas selain mengenai laki-laki.

Kriteria tersebut digunakan sebagai cara untuk mengukur partisipasi aktif perempuan dalam film dan karya fiksi yang lain. Selain itu juga menyasar isu kesetaraan gender.

Menjelang pengumuman Oscar, biasanya berbagai media ternama akan menggunakan Bechdel Test untuk mengamati film mana sajakah yang layak menjadi pemenang Oscar menurut Bechdel Test. Atau, bagaimana film-film nominasi Oscar sudah memertimbangkan isu kesetaraan gender.

Tes Bechdel tidak ditujukan untuk menilai kualitas karakter perempuan dalam film atau kualitas sebuah karya film. Karenanya, film yang berkualitas baik pun belum tentu lolos tes Bechdel ini.

Sebagai contoh film ‘The Avengers’ (2013). Film ini menampilkan beberapa karakter superhero, termasuk karakter superhero perempuan di dalamnya. Namun, film ini tidak lolos Tes Bechdel. Ada tiga karakter superhero perempuan yaitu Black Widow (Scarlett Johansson), Pepper Potts (Gwyneth Paltrow), dan Maria Hill (Cobie Smulders). Percakapan di antara mereka masih berkutat seputar karakter pria seperti Captain America, Iron Man, Thor, dan Hulk.

Contoh lainnya yaitu film ‘Elvis’ (2022) yang menyorot permasalahan hidup Elvis Presley (diperankan Austin Butler). Film ini masuk nominasi Academy Award untuk 8 kategori, di antaranya Film Terbaik dan Aktor Terbaik. Meskipun memiliki kualitas baik, film Elvis juga gagal dalam Tes Bechdel. Pasalnya, karakter perempuan seperti Olivia DeJonge (berperan sebagai Priscilla Presley) dan Helen Thomson (sebagai Gladys Presley) tidak terlibat dalam perbincangan.

Sama seperti Elvis, film ‘Nope’ (2022) juga tidak lolos Bechdel Test. Film bergenre horor fiksi ilmiah dan disutradarai oleh Jordan Peele ini memiliki kualitas sinematografi yang bagus. Namun, tokoh-tokoh perempuan pada film ini tidak berdialog satu dengan yang lain.

Bechdel Test ini memberi perspektif baru dalam menilai sebuah karya film. Selain unsur-unsur teknis seperti sinematografi dan sejenisnya, representasi perempuan di dalamnya juga perlu dipertimbangkan. Hal ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda atau pelaku seni dalam menghasilkan karya.

Demikianlah informasi mengenai Bechdel Test Fest yang perlu untuk kita ketahui. Kunjungi bechdeltestfest.com untuk informasi selengkapnya.

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *