Narman dari Baduy
Sosok

Narman, Antara Adat dan Modernitas untuk Baduy

[ A+ ] /[ A- ]

Suku Baduy di Kabupaten Lebak, Banten dikenal karena keteguhannya dalam memegang kemurnian budaya leluhur. Mereka hidup sederhana dalam memanfaatkan sumber daya alam di pegunungan Kendeng. Kearifan ini terus dijalankan hingga sekarang. Hal ini memungkinkan anak cucu mereka tetap bisa mewarisi alam dan kehidupan yang baik.

Meskipun tidak mengecap pendidikan formal, bukan berarti masyarakat Baduy tidak belajar. Secara otodidak mereka belajar membaca dan menulis. Mereka juga bisa berkomunikasi dengan orang luar Baduy dengan bahasa Indonesia.

Perkembangan teknologi menjadi suatu tantangan besar bagi masyarakat Baduy. Penggunaan teknologi dan internet tidak diperkenankan secara adat, terutama di wilayah Baduy Dalam. Larangan ini bertujuan agar masyarakat Baduy tetap hidup sesuai anjuran para leluhur.

Seorang anak muda Baduy bernama Narman memiliki pemikiran besar. Dengan semangat dan kegigihannya, ia mampu meyakinkan tokoh masyarakat setempat bahwa internet bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan warga Baduy.

Narman, Pembuka Cakrawala Baduy

Saya awalnya mengenal Narman sebagai seorang pelari. Pemuda yang tinggal di Desa Kanekes Baduy Luar ini tidak hanya bisa berlari kencang, tetapi juga mampu mengukir prestasi dalam olahraga lari.

Pada awal bulan Juli lalu Narman berhasil menjadi juara kedua lari trail 10 KM putra pada Festival Olahraga Rekreasi Nasional (FORNAS) VII 2023. Lomba lari ini diselenggarakan di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat.

Dalam unggahan video pada akun Instagram ALTI Banten, Narman yang menjadi pelari andalan Provinsi Banten ini terlihat berkejaran dengan pelari dari Jawa Barat. Narman tertinggal satu langkah saja di belakang pelari tuan rumah saat mencapai finish. Hasil akhir untuk nomor ini, podium 1, 2, dan 3 ditempati oleh Ambar Fauzi Kurniawan (Jawa Barat), Narman (Banten), dan Nofindra (Banten).

Narman saat menjadi juara 2 lari trail 10K putra pada FORNAS VII 2023 Jawa Barat. Pengalungan medali dilakukan oleh Ketua Umum Asosiasi Lari Trail Indonesia (ALTI) Bima Arya Sugiarto (Sumber gambar: Panitia FORNAS 2023)

Kehebatan Narman tidak hanya di bidang olahraga saja. Selain fisik yang tangguh, pemuda berusia 34 tahun ini juga memiliki pemikiran luar biasa yang ia dedikasikan untuk tanah kelahirannya. Melalui kemampuan berinternet dan bermedia sosial yang dipelajari secara otodidak, Narman merintis Baduy Craft untuk memperkenalkan produk kriya Baduy.

Apa yang dilakukan oleh Narman tentunya membuka cakrawala di tengah larangan penggunaan teknologi bagi masyarakat Baduy. Tertarik dengan kiprah Narman tersebut, saya mencoba menghubungi dan melakukan perbincangan secara daring dengannya.

Dimulai dari Media Sosial

“Maaf, baru buka HP. Nggak, sih. Nggak sibuk. Paling kalau sudah pulang ke rumah, sinyal kurang bagus. Jadi, komunikasi agak susah,” Narman membalas pesan yang saya tulis beberapa jam sebelumnya.

Ayah dari dua anak ini mulai menceritakan pengalamannya. Ia memulai usaha Baduy Craft pada tahun 2016. Sebagai gambaran, pada waktu itu Narman dan beberapa temannya di Baduy Luar sudah ada yang mempunyai telepon seluler. Namun, penggunaannya hanya terbatas untuk berkomunikasi saja.

Dengan telepon seluler yang dimilikinya, Narman mulai bereksperimen. Ia mempelajari fitur-fitur yang ada pada ponsel tersebut, serta mencoba berselancar di dunia maya untuk mencari informasi dan menambah wawasan.

Dari sinilah Narman memperoleh inspirasi untuk memperkenalkan produk-produk dari Baduy. Melalui Instagram, media sosial yang tengah naik daun pada saat itu, Narman mulai melakukan promosi. Akun Baduy Craft dibuatnya pada Desember 2016.

“Saya coba berbagai teknik untuk mencari tahu. Mulai dari belajar foto produk hingga belajar memahami algoritma Instagram. Kebetulan, sebelumnya saya sudah bisa membuat narasi. Hal tersebut sangat berguna untuk mempercantik tampilan Instagram saya dan menarik pengikut baru,” ungkap Narman.

Singkat cerita, dari akun Instagram itu Narman berhasil pecah telur. Beberapa transaksi daring dihasilkan. Ada yang ia arahkan ke WhatsApp untuk checkout, ada juga yang ia sarankan ke beberapa lokapasar seperti Bukalapak dan Tokopedia yang ia buat sebelumnya. Berbagai barang kerajinan seperti tenun, tas dan aksesoris bisa dijual secara lebih luas.

Salah satu warga menjajakan hasil kerajinan Baduy kepada pengunjung (dokumen pribadi)

Untuk menjalankan bisnis daring, jaringan internet mempunyai peran penting. Sementara, Narman tinggal di daerah yang tidak memiliki akses listrik dan internet.

Narman harus turun ke desa terdekat yang memiliki akses internet. Ia berjalan kaki sejauh 2 kilometer dari rumahnya di Desa Kanekes ke Desa Ciboleger untuk mendapatkan sinyal internet. Tak hanya itu, Narman juga masih harus berjalan sekitar 12 kilometer ke agen pengiriman logistik untuk mengirimkan barang pesanan.

Promosi di Berbagai Pameran

Setelah satu tahun memanfaatkan media sosial dan lokapasar, Narman menilai bahwa upaya yang dilakukannya belum menunjukkan hasil optimal. Ia melihat masih ada beberapa orang yang lebih terbiasa berbelanja secara langsung. Dari sinilah Narman mencoba mencari tahu bagaimana cara melakukan promosi di kota-kota besar, seperti Jakarta, Tangerang, dan lainnya.

Narman memulai langkah besar berikutnya dengan mengikuti pameran-pameran yang mengangkat tema tentang nusantara. Produk-produk kerajinan Baduy hadir dalam pameran tersebut, sejak tahun 2017 hingga tahun 2020.

“Saya bisa mengikuti pameran sebanyak 5-9 kali dalam setahun. Durasi pameran 4-15 hari, yang diselenggarakan di berbagai tempat strategis. Seperti di Jakarta Convention Center, Mal Taman Angrek, Pondok Indah Mall, Living World Alam Sutera, Sumarecon Mall Serpong, Botani Square Bogor, dan beberapa tempat lainnya. Produk yang saya promosikan diambil langsung dari para perajin, baik yang ada di Baduy Luar maupun Baduy Dalam.”

Baduy Craft dalam salah satu pameran di Jakarta Convention Center pada tahun 2018 (Sumber gambar: akun Instagram @baduycraft)

Sempat Mendapat Penolakan

Perjalanan Narman dengan Baduy Craft bukan tanpa halangan. Ia bahkan sempat mendapatkan berbagai penolakan dari masyarakat setempat.

Sebagai warga Baduy, apa yang dilakukan oleh Narman merupakan bagian dari pelanggaran adat. Mengingat, peraturan adat di Baduy tidak memperbolehkan warga untuk memiliki dan menggunakan teknologi.

Narman sempat didatangi oleh tokoh adat. Tokoh adat yang datang saat itu mengatakan bahwa Narman boleh saja melanjutkan kegiatannya asalkan tujuannya memang untuk membantu perekonomian masyarakat, tidak untuk bersenang-senang dengan teknologi. Dan Narman bisa meyakinkan tokoh adat tersebut bahwa apa yang dilakukannya bertujuan untuk membantu warga.

“Memang betul fokus saya waktu itu adalah bagaimana masyarakat yang notabene “tertinggal” ini bisa juga ikut andil dalam program-program pemerintah untuk memajukan ekonomi kreatif. Dan masyarakat sekitar juga memberikan dukungan yang luar biasa karena mereka ikut merasakan dampaknya secara langsung.”

Terdampak Pandemi

Saat terjadi pandemi tahun 2020, kegiatan promosi melalui pameran di kota-kota besar terpaksa berhenti. Baduy Craft pun terkena dampak yang luar biasa.

“Penjualan menurun, tinggal 10-20% saja dari kondisi sebelum pandemi. Saat ini saya hanya memanfaatkan lokapasar, yang persaingannya sudah sangat berat,” keluh Narman.

Namun, Narman tetap bersyukur bahwa usaha daring yang dikerjakannya telah menginspirasi teman-teman Baduy Luar lainnya. Mereka mengikuti jejak Narman.

Saat ini sudah ada ratusan warga yang berjualan baik melalui media sosial maupun lokapasar. Internet yang semula dianggap tabu, kini menjadi pembawa kesejahteraan.

Penghargaan SATU Indonesia Awards 2018

Perjuangan yang dilakukan oleh Narman untuk memasarkan kerajinan Baduy secara daring memang inspiratif. Atas kiprahnya tersebut, Narman mendapatkan penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2018 di bidang Kewirausahaan. SATU Indonesia Awards ini merupakan apresiasi Astra bagi anak bangsa yang telah berkontribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan.

Narman dengan latar belakang alam Baduy yang hijau dan asri. (Sumber gambar: akun Instagram @ayahriann)

Apa yang dilakukan oleh Narman bukanlah perkara gampang. Ia ibarat mendayung perahu di antara dua sisi, yaitu adat dan modernitas. Di satu sisi, ajaran adat yang melarang pemakaian teknologi adalah hal penting untuk menjaga keselarasan manusia dan alam Baduy. Di sisi lain, teknologi modern bisa menjadi alat untuk mengangkat taraf hidup warga Baduy. Dua sisi yang kelihatannya berseberangan, tetapi tak perlu dipertentangkan.

Narman mengerti bagaimana harus menempatkan perahu masa depan Baduy yang sedang didayungnya. Jalur penuh tantangan yang dipilihnya itu tetap memberi manfaat bagi warga Baduy.

Narman mengajarkan kepada kita bahwa kondisi penuh keterbatasan bukanlah halangan untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat. Narman juga mengajarkan perlunya memiliki pemikiran besar serta semangat untuk hari ini dan masa depan Indonesia.

(Sumber gambar utama: akun Instagram @baduycraft)

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *