Film Searching (2018) menjadi salah satu film yang saya saksikan di layar bioskop pada September tahun lalu. Film yang disutradarai oleh Aneesh Changanty ini unik, berbeda dari film bergenre thriller lainnya.
Seperti biasa sebelum film utama dimulai, layar bioskop akan menampilkan iklan cuplikan beberapa film lain yang akan tayang di waktu-waktu mendatang. Ruangan bioskop temaram dengan beberapa lampu redup yang masih menyala.
Dan tibalah waktu dimulainya film utama, yaitu film Searching ini. Semua lampu dimatikan dan ruangan biskop gulita. Pada layar bioskop kemudian muncul tampilan desktop komputer dengan cursor anak panah di salah satu sudut layar.
Saya pikir ada sedikit kendala yang dialami oleh operator bioskop. Rupanya perkiraan saya salah. Tampilan desktop komputer tersebut memang bagian dari film dan sekaligus membawa penonton masuk dalam visualisasi yang tak terduga.
Visualisasi yang ‘lain dari pada yang lain’ menjadi daya tarik utama film berdurasi 102 menit ini. Saya katakan ‘lain dari pada yang lain’ karena alur cerita Searching dipaparkan melalui sudut pandang (POV) layar komputer, smartphone, dan cctv.
Jalan Cerita Film Searching
Fim berkisah tentang keluarga dari ras Asia Timur yang hidup di AS. David dan Pamela Kim adalah pasangan suami istri yang memiliki hobi membuat video. Kisah-kisah kehidupan mereka ditampilkan seperti saat kita meng-klik atau membuka folder dan file di komputer, lalu terlihatlah tayangan video.
David dan Pamela memiliki putri semata wayang bernama Margot Kim. Margot juga dikenalkan internet sejak usia dini. Aktivitas keseharian keluarga ini direkam dan disimpan dalam file digital.
Baca juga: Cinta dan Perpisahan di “How to Train Your Dragon: The Hidden World”
Layaknya kehidupan masyarakat modern saat ini, keluarga Kim mengabadikan setiap momen melalui video maupun foto. Hari pertama Margot masuk TK, belajar piano, hingga masuk SMA terekam dan tersimpan dengan baik.
Dalam berkomunikasi, mereka sering menggunakan chatting dan panggilan video. Kesan kehidupan keluarga di era digital inilah yang disampaikan oleh film ini kepada para penonton.
Dikisahkan selanjutnya bahwa Pamela Kim mengalami sebuah penyakit yang akhirnya membuatnya meninggal. David Kim menjadi single father yang merawat dan membesarkan putrinya, Margot Kim, seorang diri.
Konflik film dimulai ketika Margot menghilang. David mencoba menghubunginya melalui telepon dan chatting, namun tak ada balasan. David pun melapor ke kepolisian untuk mencari putrinya yang hilang.
Dalam pencariannya, David didampingi oleh detektif wanita bernama Rosemary Vick. David juga mengulik laptop Margot untuk mencari jejak digital melalui akun e-mail hingga media sosial milik Margot.
Mulai dari search history, percakapan, transaksi rekening sampai live streaming yang pernah dilakukan Margot, semua diselidiki oleh David. Banyak sisi kehidupan pribadi Margot yang akhirnya baru diketahui oleh David setelah membuka jejak Margot di jejaring sosial.
Semula detektif Rosemary Vick yakin jika Margot sengaja menghilang karena masalah pribadi. Namun setelah beberapa bukti ditemukan, David mencium sesuatu yang tidak beres atas peristiwa menghilangnya Margot.
Penonton film akan dibawa menuju kecurigaan terhadap beberapa pelaku mulai dari teman Margot di jejaring sosial hingga keluarga dekat David sendiri terkait hilangnya Margot. Hingga akhirnya detektif Rosemary Vick memberitahu David bahwa seseorang telah membunuh Margot.
Kematian Margot sepertinya akan menjadi ending dari film Searching ini. Namun ternyata kisah terus berlanjut dengan kejutan-kejutan lain yang tidak pernah kita duga, termasuk siapa dalang di balik kejadian ini.
Kekuatan film
Ada dua hal yang menurut saya menjadi kekuatan film Searching. Yang pertama adalah plot cerita yang meskipun sederhana mengenai menghilangnya Margot Kim, namun ternyata sukar ditebak bagaimana dan siapa di balik kisah tersebut. Kejutan demi kejutan akan muncul di film ini.
Yang kedua adalah sudut pandang atau POV yang unik, yaitu sudut pandang komputer, smartphone hingga cctv. Sudut pandang ini membawa penonton seolah-olah sedang berada di depan layar komputer. Penonton seperti sedang melihat kegiatan browsing, chatting, video call, hingga live streaming yang sering kita lakukan dalam keseharian.
Sudut pandang komputer, smartphone hingga cctv ini membuat film ini minim efek visual. Skoring pada film juga biasa-biasa saja. Namun sang sutradara Aneesh Changanty mampu membawa penonton dalam pengalaman baru dalam menonton film yang ternyata cukup menarik.
Pesan moral
Film Searching membawa pesan moral yang mendalam terkait kehidupan keluarga di era digital sekarang ini, di mana internet dan jejaring sosial semakin berkembang begitu maju dan cepat.
Hubungan orang tua dan anak di dunia nyata mungkin terlihat baik-baik saja. Orang tua bisa bertemu, berbincang dan bercanda dengan anak dalam kesehariannya. Namun di dunia maya, orang tua belum tentu mengetahui apa yang dilakukan anak di jejaring sosial.
Penting bagi orang tua untuk selalu update dengan perkembangan teknologi digital. Orang tua tidak perlu malu untuk belajar dan mengetahui hal-hal baru seputar gaya hidup anak-anak di era media sosial sekarang ini.
Bagi anak-anak, sikap terbuka kepada orang tua juga diperlukan. Permasalahan yang dialami oleh anak, harus diungkapkan juga kepada orang tua. Untuk itu orang tua perlu menyediakan waktu bagi anak mengungkapkan apa yang dikeluhkannya.
Jika tidak, anak akan mencari jalan keluar lain seperti menjadikan media sosial untuk curhat kepada teman-teman dunia mayanya yang belum tentu memberikan solusi bagi masalah yang dialami.