Stasiun Juwana
Destinasi

Stasiun Juwana dan Stasiun Pati, Riwayatmu Kini

[ A+ ] /[ A- ]

Sekitar 20 menit bersepeda motor dari Pati, sampailah aku di Juwana. Sebelum alun-alun, aku berbelok ke kanan dan masuk ke sebuah gang di Desa Doropayung. Aku berhentikan sepeda motor di tempat yang aku tuju, Stasiun Juwana.

Stasiun Juwana ini sudah tidak beroperasi, sejak 1986. Stasiun terbesar kedua di Kabupaten Pati ini diresmikan pada tahun 1881 dan mulai dibuka pada 1884 oleh perusahaan SJS (Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij).

Dari namanya, SJS memang membangun jalur kereta api dari Samarang (Semarang) ke Joana (Juwana), melewati Demak, Kudus, dan Pati. Jalur ini menguhubungkan lingkar Muria Raya dengan Semarang.

Kemudian dibangun jalur lanjutan: dari Juwana ke arah timur menuju Rembang dan berakhir di Jatirogo, dari Juwana ke utara menuju Tayu. Selain untuk mengangkut penumpang, jalur tersebut juga dibangun untuk transportasi hasil bumi seperti tebu (gula) yang merupakan komoditas penting pada masa itu.

Stasiun Juwana Saat Ini

Aku sendiri belum pernah berkunjung ke Stasiun Juwana sebelumnya. Sebuah foto berwarna monokrom dari Wikipedia membuatku penasaran ingin melihat bagaimana perubahan rupa stasiun ini sekarang.

Pada foto jadul ini terlihat peron stasiun dengan rel kereta di kiri dan kanannya. Di rel sebelah kiri terlihat sebuah rangkaian kereta yang sedang berhenti. Sedangkan di rel kanan ada beberapa orang, jika dilihat dari pakaiannya saya duga adalah pegawai atau petugas stasiun. Di ujung peron, ada sebuah bangunan berwarna putih.

Kompleks stasiun saat ini berdesakan dengan perumahan warga. Rel-rel kereta sudah tidak terlihat lagi. Peron stasiun dimanfaatkan oleh warga untuk lapangan bulutangkis dan parkir kendaraan. Rangka dan atap dengan bentuknya yang khas masih terlihat sama seperti dahulu. Ada tambahan tembok dari batako yang dibangun oleh warga di salah satu sisinya.

Stasiun Juwana kini beralih fungsi

Bangunan peninggalan era kolonialisme Belanda yang ada di kompleks stasiun juga berubah fungsi. Bangunan di sisi barat peron dimanfaatkan warga menjadi kantor playgroup Mugi Lestari. Di belakang kantor playgroup juga ada bangunan lama lainnya yang kini berubah menjadi rumah warga. Pada salah satu sisi dari bangunan ini ada bagian yang lebih tinggi, semacam menara atau toren air.

Meski dimanfaatkan oleh warga, bangunan-bangunan yang berada di kompleks Stasiun Juwana merupakan aset PT KAI. Ada semacam plat yang ditempel dan menunjukkan kepemilikan PT KAI tersebut, lengkap dengan luas tanah, luas bangunan, dan nomor aset.

Baca juga: Meraba Urat Nadi Juwana

Stasiun Pati

Di waktu yang berlainan, pagi itu aku sedang jogging mengambil rute di jalan raya dan alun-alun Pati. Sebuah letter mark ada di sisi timur alun-alun yang cantik ini, berlatar belakang menara Masjid Agung Pati. Tempat ini sekarang tertata rapi setelah mengalami renovasi besar-besaran pada tahun 2019 yang lalu. Spot-spot yang cantik untuk berfoto ada di sekliling alun-alun ini.

Aku melanjutkan jogging. Satu setengah kilometer ke arah barat alun-alun, ada kompleks Stasiun Pati. Agak sukar untuk melihat bangunan eks stasiun terbesar di Kabupaten Pati ini, karena tertutup oleh toko dan rumah warga di sekeilingnya. Bahkan bangunan stasiun dimanfaatkan oleh warga sebagai tempat tinggal atau tempat usaha.

Jika peron Stasiun Juwana masih bisa terlihat wujudnya, tidak demikian dengan Stasiun Pati. Bagian atap atau overkapping stasiun hanya bisa terlihat dari arah tertentu saja, terhalang bangunan yang lain. Di bawah overkapping tersebut kini dibangun rumah-rumah warga. Boleh dibilang, peron stasiun hanya ‘tersisa’ bagian atap saja.

Bangunan di Stasiun Pati yang menjadi cafe

Bangunan-bangunan stasiun telah beralih fungsi, menjadi rumah warga hingga kafe. Plat yang tertempel  menunjukkan bahwa bangunan tersebut merupakan aset PT KAI.

Reaktivasi Jalur Kereta Api Semarang-Rembang

Agak susah bagiku mencari foto-foto di internet mengenai Stasiun Pati dan jalur keretanya di masa lampau, untuk bisa membandingkannya dengan keadaan sekarang. Namun aku akan mencoba menulis kembali ingatan sewaktu kecil dahulu.

Rumah masa kecilku berada di kampung yang tak jauh dari rel kereta api yang melintas di Jalan Pemuda, Pati, Jawa Tengah. Di pertengahan 1980-an, aku masih sering mendengar suara kereta api yang lewat, 2-3 kali sehari. Kereta api yang melintas di jalur ini bukanlah kereta cepat.

Hingga akhirnya jalur kereta api yang bersebelahan dengan jalur pantura Jawa tersebut tak dioperasikan lagi. Banyak yang lebih memilih naik bus atau kendaraan lainnya, karena waktu tempuh lebih cepat dibandingkan bila naik kereta api.

Baca juga: Perjalanan Kereta Api Sawah Lunto – Batu Tabal

Meski operasional kereta api telah dihentikan sekitar tahun 1986, rel kereta api tetaplah ada. Setidaknya untuk rel yang berada di Jalan raya Pati-Juwana, Jalan Pemuda, Alun-alun Pati, Jalan Sudirman, hingga Stasiun Pati. Rel kereta baru ditutup dengan aspal untuk pelebaran jalan sekitar tahun 1990-an.

Pada tahu 2018 lalu ada wacana untuk mengaktifkan kembali jalur kereta api dari Semarang hingga Rembang. Pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Perhubungan menyiapkan anggaran 8 triliun rupiah untuk reaktivasi jalur sepanjang 105 kilometer tersebut.

Alun-alun Pati

Tentu bukan perkara mudah untuk merealisasikan rencana tersebut. Akan ada banyak pembongkaran bangunan maupun fasilitas umum yang didirikan di atas jalur kereta, misalnya saja Alun-alun Pati yang tahun lalu direnovasi dengan biaya 9 miliar.

Stasiun-stasiun yang ada juga banyak beralih fungsi. Selain Stasiun Pati dan Juwana yang menjadi perumahan warga, stasiun lain juga mengalami hal yang tidak jauh berbeda. Stasiun Demak dimanfaatkan untuk kios dan kafe. Stasiun Kudus beralih menjadi pasar tradisional.

Bagaimanapun, rencana reaktivasi jalur kereta api Semarang-Rembang merupakan hal positif. Banyak cagar budaya berada di jalur tersebut dan perlu untuk dilestarikan.

Bagikan

29 thoughts on “Stasiun Juwana dan Stasiun Pati, Riwayatmu Kini”

  1. aku suka banget segala peninggalan sejarah. termasuk stasiun yg dibangun di masa penjajahan Belanda. Rasanya seperti memasuki lorong waktu. Semoga bisa berkunjung ke Pati.

  2. Seumur hidup belum pernah naik yang “beneran” kereta api. Karena memang did aerahku hampir ga ada kereta api yang beroperasi. Suka banget liatin foto stasiun dan kereta api kayak gini. Apalagi statiun yang sudah tua dan bersejarah. Keren!

    1. Sama nih. Saya juga seumur hidup belum pernah naik kereta api karena tinggal di daerah yang memang nggak ada jalur kereta apinya. Jadi jangankan kereta api, injak stasiun aja juga belum pernah. Selama ini cuma liat di layar saja..

  3. Klasik banget ya stasiunnya, jadi berasa terlempar ke masa lalu. Wah aku mendukung sekali kalau ada mau reaktivasi jalur kereta api Semarang – Rembang, bisa jadi alternatif jalan-jalan naik kereta yang dekat-dekat aja.

    1. Aku dong nggak sabar nungguin reakivasi jalur kereta apinya. Pengen segera ngajak anak-anak jalan ke Rembang naik kereta api. Pasti seru.

  4. Smoga benar-benar terealisasi ya Mas. Aku penggemar moda transportasi cepat ini. Pas mau ke Kudus atau Pati mesti naik bus karena ga ada jalur kereta. Bakalan maiin asyik wisata ke Juwana sambil borong bandeng. Ya memang harus banyak dana, tapi sekaligus memanfaatkan rel yang sudah ada kan. Mungkin wisata lokal malah bisa terangkat.

  5. Menurut saya, sayang sekali kalau stasiun Juwana, stasiun Pati dan lainnya jadi berubah fungsi ya, Mas Daniel. Harusnya malah dirawat karena merupakan cagar budaya juga. Bagaimana pun, merupakan sejarah perjalanan Bangsa Indonesia juga. Apalagi bagunan zaman kolonial belanda itu sangat artistik.

  6. Jadi dulu, naik bus malah lebih cepat dari kereta ya, apa krn ini jalurnya muter? Nah kalau sekarang sih dengan banyaknya kendaraan, sepertinya memang perlu aktivasi lagi, lagipula fasilitas kereta kan sudah bagus 😀

  7. Jaman seringnya mengubah segalanya ya. Jika kelak ada reaktivasi, semoga paling nggak bisa menyenangkan lebih banyak orang dan salah satu yang penasaran akan seperti apa adalah saya.

    Pernah ada pengalaman ke Ponorogo dan saya menemukan rel kereta api tua di tepi jalan perumahan, setengah terkubur tanah. Entah bagaimana dulu rangka rel tersebut dilalui hilir mudik kereta api pada masa jayanya ya.

  8. Rasanya kok sayang banget ya kalo liat stasiun kereta api yg udah gak beroperasi. Terlebih itu punya nilai sejarah tersendiri. Itu yg aku rasakan juga sewaktu berkunjung ke eks stasiun tua di daerah pegunungan di Cianjur Jawa Barat. Semoga bisa direaktivasi lagi. Padahal deh berkunjung ke Pati…

  9. Semoga reaktivasi jalur kereta api nggak sampai merusak cagar budaya ya. Aku ngebayangin asiknya ada jalur kereta api ke daerah2 yang kaya cagar budaya. Aku seneng banget ke lokasi cagar budaya cuma sayangnya kalo naik bus aku sering mabok 🙁

  10. Kalau di daerah Jawa banyak ya jalur kereta api bahkan sampai ada yang ditutup gitu kalau di Sulsel sini masih dalam proses pembangunan sih, itu juga nggak tahu kapan selesainya. Padahal udah penasaran aja bisa coba transportasi darat yang satu ini.

  11. cakep banget kalau stasiun2 ini direvitalisasi jadi cagar budaya
    aku jadi inget sungging raga, cerpenis spesialis tema kereta api

  12. wooow, stasiun Joana itu berfungsi lebih dari 100 tahun ya Kak, lama juga ya itu.
    bangunannya pun masih terlihat ya rangkanya walau sekarang sudah dialih fungsikan jadi lapangan bulu tangkis, tapi setidaknya anak jaman now masih bisa melihat peninggalan stasiun Joana itu.

  13. wah semoga cepat terealisasikan reaktivasi jalur kereta ini… biar kalo ke pati bisa naik kereta lgi hihi

  14. Kalau lihat foto monokrom jaman dulu tuh sering banget kepo soal dulunya ini bangunnya macam gimana ya, ada kisah apa aja ya. Yg intinya mengulik lebih dalam gitu deh.
    Syukurlah masih ada sisa peninggalannya walaupun sudah beralih fungsi ya mas stasiunnya
    BTW TFS ya mas

  15. Jogging?
    Asyik kayanya kalo bisa nelusuri kawasan ini , mendatangi bangunan yang satu ke bangunan lain

  16. Semoga revitalisasi jalur kereta api bisa terwujud. Sayang banget kalau bangunan cagar budaya yang cantik ini terkubur. Padahal kalau diulik lebih jauh bisa menjadi kekayaan baru di bidang pariwisata. Sambil jalan-jalan bisa bernostalgia. Pasti keren.

  17. Suka banget kalau penampakan stasiun masih vintage, ingat peradaban masa lalu yang lebih hangat dan ada rasa bahagia kalau merasakan stasiun lama karena ingat masa kecil kalau udah sampai stasiun senangnya bukan main karena akan bepergian 🙂

  18. Berharap nya rencana tak hanya tinggal rencana yah Mas. Karena dengan reaktivasi jalur Demarang – Rembang ini akan menjadi alternatif baru bagi warga dalam memilih transportasi umum Kereta Api 😉

  19. Aku suka lewat Pati ketika belum ada jalan tol (Jkt-Jawa Timur), istirahat sejenak di Pati sambil menikmati nasi gandul yang lezat. Semoga stasiun beroperasi lagi ya jadi lebih gampang klo dari Semarang.

  20. senang banget mas Sam bisa ngunjungin salah satu stasiun kereta api yg bersejarah seperti Juwana ini. Otentik banget dan memang ya ada beberapa titik untuk stasiun di Indonesia itu yg udah tidak dipakai

  21. Memang pada akhirnya ada banyak “pertimbangan” yang harus dilakukan yah mas kalau akhirnya revitalisasi tersebut dilaksanakan. Alpapun akhirnya nanti, semoga tidak ada cagar budaya atau peninggalan yang rusak yah. Karena berawal dari sejarah lah kita bisa mengenal semuanyaa hehe

  22. wah kreatif ya menggunakan eks stasiun Juwana jadi lapangan olahraga. Atapnya kan tinggi jadi cocok buat olahraga dan sirkulasinya OK.
    btw, kalo aku berharap stasiun Gresik beroperasi kembali. Ini stasiun dekat tempat ibuku. Ya supaya gampang kalo mudik.

  23. Pasti akan ada pro-kontra sih kalau ada reaktivasi. Tapi aku yakin lebih banyak yang pro. Penduduk sekitar juga pasti senang karena ada mata pencaharian baru 🙂

  24. Alangkah baiknya kalau jalur stasiun yang sudah berhenti beroperasi ini diaktifkan kembali ya Mas. Akan tambah banyak jalur nadi yang menghubungkan antar kota di Jateng dengan kereta api. Akses wisata menurutku jadi lebih mudah

  25. Semoga benar-benar terealisasi. Sudah lama sejak saya sering pulang pergi Semarang-Juwana, saya memimpikan untuk bisa duduk nyaman di dalam kereta. Tidak seperti naik Bus Pantura yang kadang harus berdiri dan berdesak-desakkan. Saya juga sangat terkesan bahwa ternyata desa saya yang berada di pinggiran pantura persis ternyata bena-benar pernah dilewati oleh Kereta.
    Waktu saya masih kecil, setiap mau menyeberang ke sekolah atau menunggu kendaraan umum untuk bepergian, saya sering bertanya-tanya kenapa bisa ada rel kereta api disana. Saya membayangkan suatu saat nanti Kereta Api benar-benar melewati jalur rel tersebut. Tapi ternyata sekian tahun berlalu, rel kereta di sepanjang tempat tinggal saya sudah diambil alih untuk pelebaran jalan. Terima kasih sudah menuliskan sejarah kereta api di Juwana. Tulisan ini sangat berarti sekali bagi saya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *