Review film Monster (2023)
Seni & Hiburan

Tiga Perspektif pada Film Monster (2023)

[ A+ ] /[ A- ]

Hari Rabu sore (3/1) saya menyaksikan film Monster (2023) di bioskop CGV Cikupa. Film bergenre drama thriller ini menarik untuk ditonton.

Monster menjadi film pertama yang saya tonton pada tahun 2024 ini. Di antara banyak pilihan film lain yang sedang naik layar seperti 13 Bom di Jakarta, Layangan Putus The Movie, Aquaman and The Lost Kingdom, dan lainnya yang belum saya tonton, saya justru penasaran dengan film Monster yang tayang perdana hari Rabu, 3 Januari 2023.

Rasa penasaran itu muncul karena film Monster (2023) mendapat rating yang bagus oleh IMDB dan Rotten Tomatoes. Ditambah, film yang ditulis oleh Yuji Sakamoto dan disutradarai oleh Hirokazu Kore-eda ini memenangkan penghargaan di Cannes tahun lalu.

Film berbahasa Jepang dengan judul asli “Kaibutsu” ini diawali dengan seorang ibu bernama Saori (Sakura Ando) yang menemukan keanehan dan perubahan perilaku putranya, Minato (Soya Kurokawa). Saori sendiri menjadi single parent karena suaminya meninggal dunia.

Saori melihat keanehan pada Minato yang duduk di kelas 5 tersebut. Seperti sepatu Minato yang tinggal sebelah, atau ketika Minato memotong rambutnya tanpa alasan yang pasti.

Tak hanya itu, Saori juga sempat cemas ketika Minato tak pulang ke rumah meski hari sudah malam. Saori pun mencari Minato, dan menemukannya di dalam sebuah terowongan. Sesaat sebelum perjumpaan ini, Minato sempat berteriak, “Siapakah monsternya?”

Saat Saori dan Minato di dalam mobil dalam perjalanan pulang, Minato kembali berulah. Ia tiba-tiba membuka pintu sehingga terlempar keluar dari mobil.

Keanehan ini membuat Saori mulai melakukan investigasi. Minato mengaku jika ia mendapatkan kekerasan dari Mr. Hori (Eita Nagayama), guru di kelasnya. Berangkat dari pengakuan putranya ini, Saori pun datang ke sekolah untuk meminta pertanggungjawaban.

Hori melakukan kekerasan terhadap Minato, ini menjadi kebenaran (truth) pertama menurut perspektif Saori. Ketika penonton sepertinya diajak untuk menyetujui kebenaran awal ini, cerita film kemudian berganti dari perspektif Saori ke Hori, sang guru yang diduga melakukan kekerasan.

Hori sebenarnya seorang guru yang baik. Ia sangat memerhatikan murid-murid di kelas. Dalam beberapa pengamatannya, Hori melihat salah satu siswa, Yori (Hinata Hiiragi) mendapatkan perundungan atau bullying.

Dari pengamatan yang dilakukan oleh pak guru ini, ternyata perundungan terhadap Yori dilakukan olah Minato. Ini menjadi truth berikutnya, bahwa Minato adalah pelaku perundungan.

Ketika penonton mulai menduga-duga apa yang sebenarnya terjadi, cerita pun beralih ke perspektif Minato.

Dari perspektif ketiga, perundungan terhadap Yori di kelas ternyata tidak dilakukan oleh Minato. Bahkan, Minato dan Yori yang terlihat bermusuhan di kelas, ternyata tak demikian saat mereka di luar sekolah.

Penonton akhirnya bisa tahu apa yang terjadi pada malam ketika Minato berada di terowongan. Juga, mengapa ia tiba-tiba melempar dirinya keluar dari mobil.

Baca juga: Film Ziarah dan Memaafkan Masa Lalu

Kekuatan film Monster yang bergenre drama thriller ini terletak pada penuturan cerita yang cukup apik. Penonton akan dibuat berkata “Oh, begitu” berkali-kali di sepanjang film ini.

Struktur ceritanya mengalami timeloop, ketika beralih dari perspektif karakter yang satu ke lainnya. Ketika plot telah berjalan jauh, penonton diajak mundur kembali supaya lebih memahami apa yang sesungguhnya terjadi.

Dengan cerita yang kuat, tak heran jika film Monster ini mendapatkan banyak penghargaan. Di antaranya pada Festival Film Cannes 2023, di mana Monster menjadi pemenang untuk Best Screenplay (Yuji Sakamoto) dan Queer Palm (Hirokazu Kore-eda), dan nominasi Palm d’Or (Hirokazu Kore-eda).

Jika biasanya film bergenre thriller diisi dengan adegan kekerasan atau mengejutkan, maka tidak dengan Monster. Meski tanpa kekerasan dan kejutan, suasana mencekam berhasil dibangun sepanjang film ini.

Tiga perspektif yang digunakan untuk mengungkap karakter Minato sepertinya menjadi pesan bagi kita. Bahwa, kebenaran (truth) suatu hal bisa memiliki perspektif dan dimensi yang berbeda.

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *