Sehat

Tak Hanya 3M, Vaksin DBD Juga Penting untuk Cegah Demam Berdarah

[ A+ ] /[ A- ]

Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia cukup tinggi, sehingga penyakit ini tidak bisa dianggap enteng. Vaksin DBD penting untuk mencegah penyakit ini, selain langkah 3M (Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang) yang sudah kita kenal.

Di Indonesia, kasus DBD terus meningkat. Pada tahun 2024 tercatat lebih dari 244. 409 kasus dengan 1.430 kematian. Jumlah ini naik dari tahun 2023, yaitu 114.720 kasus dengan 894 kematian.

Komplikasi DBD dapat mengakibatkan kerusakan organ, seperti hati, jantung, dan paru-paru. Musim hujan sering kali jadi momen lonjakan kasus karena nyamuk Aedes aegypti, penyebar virus dengue, makin aktif berkembang biak.

Mengenal Penyakit Demam Berdarah Dengue

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegypti. Biasanya, orang yang terkena DBD merasakan nyeri terutama, di bagian tulang dan sendi. Makanya, penyakit ini sering disebut juga “breakbone fever.”

Nyamuk Aedes aegypti aktif menyerang pada pagi dan sore hari. Nyamuk ini gampang dikenali dari tubuhnya yang kecil dengan corak belang hitam-putih. Uniknya, nyamuk ini suka hidup di tempat yang bersih, seperti bak mandi, bukan di tempat kotor.

Makanya, agar terhindar dari DBD, penting bagi kita untuk jaga kebersihan sekitar. Mulai dari buang barang bekas, membersihkan genangan air, sampai menabur bubuk abate di tempat-tempat rawan.

Selain itu, penting untuk menjaga tubuh tetap fit. Misalnya dengan mengonsumsi makanan sehat, tidur cukup, kelola stres, rajin olahraga, dan pakai obat nyamuk di spot-spot yang dicurigai jadi markas nyamuk.

Gejala DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) umumnya ditandai dengan gejala awal berupa demam tinggi yang dapat mencapai suhu 39 derajat Celsius. Kondisi demam ini biasanya berlangsung selama 2 hingga 7 hari, sebelum kemudian mengalami penurunan suhu tubuh secara drastis.

Selain demam, gejala lain yang sering menyertai DBD meliputi sakit kepala, mual, muntah, nyeri di bagian belakang mata, tulang, dan otot, munculnya ruam atau bercak kemerahan pada kulit, serta peradangan tenggorokan yang disertai kesulitan menelan dan minum.

Seiring berkembangnya penyakit, gejala awal tersebut dapat disusul oleh tanda-tanda tambahan yang menunjukkan virus telah menyebar luas dalam tubuh dan memicu peradangan. Beberapa di antaranya adalah mimisan, gusi berdarah, tinja berwarna hitam atau gelap, hingga muntah darah.

Setelah fase ini, penderita memasuki masa kritis selama 2 hingga 3 hari. Pada periode ini, sebagian besar pasien mengira telah sembuh karena demam mulai mereda, rasa nyeri berkurang, dan beberapa gejala lainnya menghilang. Namun, fase ini justru sangat perlu diwaspadai, karena berisiko menyebabkan Dengue Shock Syndrome (DSS), sebuah kondisi serius yang dapat berujung pada kematian.

Pengobatan DBD

Hingga saat ini, belum tersedia pengobatan spesifik yang secara langsung dapat menyembuhkan demam berdarah dengue (DBD). Penanganan medis yang diberikan umumnya bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi, meredakan gejala yang muncul, serta menghambat perkembangan infeksi virus menjadi lebih parah.

Beberapa langkah yang lazim dilakukan dalam penanganan DBD antara lain pemberian obat penurun demam, memastikan asupan cairan tubuh tetap tercukupi dengan konsumsi air putih yang memadai untuk mencegah dehidrasi, serta memantau jumlah dan frekuensi buang air kecil sebagai indikator kondisi hidrasi pasien.

Pada kasus yang lebih berat, di mana pasien mengalami kesulitan untuk mengonsumsi cairan secara oral, tenaga medis umumnya akan memberikan cairan melalui infus guna menjaga kestabilan volume cairan tubuh dan mendukung proses pemulihan.

Pencegahan: Metode 3M dan Vaksin DBD

Selama ini, kita mengenal langkah 3M (Menguras, Menutup, dan Mendaur ulang) sebagai cara utama mencegah DBD. Namun, sekarang ada tambahan penting: vaksinasi.

Ada dua jenis vaksin DBD yang saat ini telah mendapat izin edar dari BPOM: Dengvaxia dan Qdenga.

Dengvaxia ditujukan untuk anak-anak usia 9 hingga 16 tahun yang sudah pernah terinfeksi virus dengue sebelumnya, diberikan dalam 3 dosis selama 6 bulan.

Sementara, Qdenga bisa diberikan kepada individu berusia 6 hingga 45 tahun, baik yang sudah maupun belum pernah terinfeksi, dengan 2 dosis dalam jarak 3 bulan.

Vaksin DBD bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi yang membantu melawan infeksi virus dengue. Meskipun tidak memberikan perlindungan penuh, vaksin ini dapat mengurangi tingkat keparahan gejala dan risiko terkena DBD.

Manfaat Vaksinasi DBD

Pemberian vaksin DBD penting dilakukan, karena memberikan manfaat sebagai berikut:

Mengurangi Risiko Infeksi Berat

Vaksinasi dapat mencegah perkembangan gejala parah pada individu yang terinfeksi virus dengue. Hal ini penting untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat DBD.

Mengurangi Beban Kesehatan Masyarakat

Dengan berkurangnya kasus DBD, rumah sakit dan fasilitas kesehatan tidak akan kewalahan menangani pasien selama wabah. Hal ini juga membantu mengurangi biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat.

Meningkatkan Kualitas Hidup

Individu yang terlindungi dari DBD dapat tetap aktif dan sehat, sehingga mereka dapat menjalani aktivitas sehari-hari tanpa terganggu oleh penyakit.

Vaksinasi DBD merupakan langkah penting dalam upaya pencegahan penyakit ini. Dengan menggabungkan vaksinasi dan langkah-langkah pencegahan lainnya, kita dapat melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita dari risiko DBD.

Referensi:
https://kemkes.go.id/id/waspada-penyakit-di-musim-hujan

https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20250215230827-255-1198731/awal-2025-dbd-mengganas-kemenkes-catat-6-ribu-kasus-dan-28-kematian

https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/demam-berdarah-dbd

https://www.rspondokindah.co.id/id/news/vaksin-dbd-pencegahan-manfaat

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *