anak krakatau
Destinasi

Pesona dan Bahaya Krakatau

[ A+ ] /[ A- ]

Pesona dan Bahaya KrakatauSeketika itu juga Gunung Batuwara terdengar bergemuruh. Gunung Kapi —nama lama Krakatau— mengimbanginya dengan letusan dahsyat, keluar apinya merah mengangkasa, guruh guntur, air pasang menggelora, lalu datang bencana berupa air bah dan hujan lebat. Nyala api yang merah membara tidak terpadamkan oleh air, malah semakin besar. Gunung Kapi runtuh bercerai-berai masuk ke dalam bumi.

Air laut menggenangi daratan, mencapai Gunung Batuwara atau Gunung Pulosari ke timur hingga Gunung Kamula, Gunung Pangrango atau Gunung Gede, dan ke barat hingga Gunung Rajabasa di Lampung. Ketika laut telah surut kembali, Krakatau dan tanah-tanah di sekitarnya telah menjadi lautan. Di bagian barat laut dinamakan Pulau Sumatera dan di bagian timur dinamakan Jawa. (Sumber: Kompas)

Itulah sepenggal catatan tentang kedahsyatan letusan Krakatau dalam Kitab Raja Purwa yang ditulis oleh Pujangga Ronggowarsito pada tahun 1869, sebelum letusan Krakatau tahun 1883. Kedahsyatan inilah yang membuat saya ingin berkunjung dan menyaksikan Gunung Anak Krakatau. Dan keinginan tersebut akhirnya terwujud saat saya bersama rombongan melakukan perjalanan ke Gunung Anak Krakatau pada Juni 2012.

Jumat , 22 Juni 2012 sekitar jam 12 malam para peserta rombongan berkumpul di Pelabuhan Merak. Kapal feri yang kami tumpangi bertolak dari Merak sekitar jam 2 dinihari (Sabtu, 23 Juni 2012) dan sampai di Bakauheni Lampung jam 4 pagi. Dari Bakauheni, kami melanjutkan perjalanan dengan mencarter mobil menuju Pelabuhan Canti.

Dari Canti, rombongan yang beranggotakan sekitar 30 orang melanjutkan pejalanan dengan perahu motor. Tujuan kami adalah Pulau Sebesi, di mana kami akan menginap. Namun dalam perjalanan menuju Sebesi, kami singgah di Sebuku Besar dan Sebuku Kecil untuk snorkeling dan menikmati keindahan yang ada.

Setelah puas melakukan snorkeling, kami pun menuju ke Pulau Sebesi untuk menuju penginapan. Kami pun melakukan makan siang dan bersitirahat sejenak untuk melanjutkan perjalanan sore hari. Dari dermaga Pulau Sebesi, perahu bertolak memutari pulau menuju tempat snorkeling yang ada di Pulau Sebesi tersebut.

Sebesi

Perjalanan sore itu dilanjutkan ke Pulau Umang-Umang yang luasnya tak begitu besar. Di pulau ini kita bisa menjumpai pantai berpasir putih dan berbatu-batu, dengan air laut yang jernih kebiruan.

Di hari kedua (Minggu 24 Juni 2012), agenda perjalanan adalah mengunjungi Pulau Anak Krakatau. Dari tempat kami menginap di Pulau Sebesi, kami berangkat jam 4 subuh menuju Anak Krakatau agar kami bisa menikmati matahari terbit. Gelombang laut cukup besar bagi kami, bahkan beberapa kali air laut memercik ke tubuh kami setelah menghantam badan perahu. Benar-benar mendebarkan waktu itu.

Menempuh hampir dua jam, akhirnya kami pun sampai di Pulau Anak Krakatau. Begitu perahu berlabuh, kami pun masuk ke pulau dan mendaki bukit pasir yang tak lain adalah Gunung Anak Krakatau. Vegetasi di tepi pantai dengan bermacam pohon yang cukup lebat, makin ke atas berangsur-angsur berkurang dan bahkan menghilang hingga hanya berupa bukit berpasir kehitaman.

Pendakian yang melelahkan selama hampir 30 menit membuat sebagian besar rombongan terengah-engah, hingga akhirnya kami sampai di atas (walaupun bukan puncak gunung) dan melihat pemandangan di Gunung Anak Krakatau yang luar biasa menakjubkan. Tampak Gunung Anak Krakatau yang menjulang mengeluarkan asap tipis di bagian puncaknya. Gunung ini kelihatan begitu tenang. Siapa yang menyangka kalau di dalamnya menyimpan kekuatan maha dahsyat dan sangat berbahaya. Siapa pula yang menyangka bahwa letusan gunung setenang ini dulu pernah membunuh ribuan manusia dan mengubah iklim bumi.

Berpose di Anak Krakatau

Dari Gunung Anak Krakatau ini, kita bisa melihat pulau-pulau  yang di sekitarnya. Pulau Panjang tampak begitu anggun di bawah naungan matahari yang baru saja terbit. Warna kemerahan yang sungguh luar biasa elok. Sementara di sisi lain, Pulau Rakata tampak begitu perkasa dengan awan putih yang menutupi puncaknya. Sementara satu pulau lainnya, yaitu Pulau Sertung tidak bisa dilihat karena posisinya yang berada di belakang gunung.

Setelah berpuas-puas mengagumi Gunung Anak Krakatau, kami pun berjalan turun untuk melakukan makan pagi di tepi pantai, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Legon Cabe yang terletak di Pulau Rakata tak jauh dari Pulau Anak Krakatau ini.

Legon Cabe adalah tempat favorit untuk melakukan snorkeling. Air laut yang jernih dengan terumbu karang dan ikan-ikan kecil di dalamnya begitu indah untuk dinikmati. Legon Cabe menjadi tempat terakhir yang kami kunjungi. Selanjutnya kami kembali ke penginapan di Pulau Sebesi. Setelah makan siang, kami pun berkemas-kemas meninggalkan Pulau Sebesi dan kembali pulang ke Pelabuhan Canti.

Inilah pengalaman saya mengunjungi destinasi Gunung Anak Krakatau. Keindahan alam yang luar biasa menjadi pesona dan daya tarik tersendiri, di balik bahaya yang dimiliki oleh Krakatau.

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *