The Invisible Man
Seni & Hiburan

The Invisible Man, Bikin Tegang Sejak Awal

[ A+ ] /[ A- ]

Film The Invisible Man (2020) tayang di bioskop Indonesia hari Rabu (26/2) kemarin. Saya menyaksikan film ini di hari pertama penayangannya, di salah satu bioskop di Citra Raya, Tangerang.

Pemirsa di Indonesia beruntung mendapatkan kesempatan lebih awal untuk menyaksikan The Invisible Man (2020). Film bergenre horor psikologi, sci-fi, dan thriller ini malah baru tayang di Australia (lokasi syuting film) pada tanggal 27/2 dan Amerika pada 28/2.

The Invisible Man (2020) diadaptasi dari novel karya Herbert George Well. Beberapa film sebelumnya telah mengadaptasi novel tersebut, seperti The Invisible Man (1933), The Invisible Man Returns (1940), dan beberapa serial televisi yaitu The Invisible Man (1958-1960), The Invisible Man (1975-1976), The Invisible Man (1984), serta The Invisible Man (2000-2002).

Film The Invisible Man (2020) merupakan reboot dari film tahun 1933. Untuk selanjutnya, The Invisible Man (2020) akan saya tulis dengan The Invisible Man saja.

Dark Universe

Kita telah mengenal Marvel yang memiliki semesta dengan berbagai ceritanya (Marvel Universe). Tak mau ketinggalan, Universal Pictures juga memiliki semesta yang diberi nama Dark Universe.

The Invisible Man semula akan dipergunakan sebagai bagian dari Dark Universe. Dark Universe sendiri merupakan sebuah semesta yang menampilkan monster-monster seperti Dracula, Mummy dan Invisible Man itu sendiri.

Sayangnya, film The Mummy yang dibintangi oleh Tom Cruise jeblok di box office. Universal pun membatalkan Dark Universe tersebut. Film The Invisible Man yang semula akan memasukkan Johnny Depp, kemudian dikerjakan ulang. Johnny Depp akhirnya mundur dari proyek ini.

Produser Jason Blum dari Blumhouse Production kemudian digandeng oleh Universal untuk menyelesaikan film The Invisible Man. Blumhouse Production sebelumnya sukses dalam membuat film-film horor. Leigh Whannell menjadi penulis naskah sekaligus sutradara dari The Invisible Man.

Leigh Whannell adalah penulis, sutradara, produser, dan juga aktor. Pria kelahiran Melbourne, Australia tahun 1977 ini sebelumnya menulis naskah film Saw (2004), Dead Silence (2007), Insidious (2010), dan Insidious: Chapter 2 (2013). Ia juga menyutradarai Insidious: Chapter 3 (2015), Upgrade (2018), dan The Invisible Man.

The Invisible Man Tegang Sejak Awal

Tone gelap sudah mewarnai The Invisible Man sejak awal, dengan menampilkan suasana malam hari sebuah rumah mewah yang berdiri di atas tebing di tepi pantai. Cecilia Kass (diperankan Elisabeth Moss) tengah berusaha melarikan diri dari suaminya, Adrian Griffin (Oliver Jackson-Cohen) yang sedang tidur.

Suasana tegang sudah bisa dirasakan sejak awal, saat Cecilia mengendap-endap hendak keluar rumah. Kejutan pertama ketika tanpa sengaja kaki Cecilia menendang tempat makanan anjing dan menimbukan suara berisik. Sebenarnya ini adegan biasa saja, namun sang sutradara sangat piawai membuatnya menjadi hal yang menegangkan.

Cecilia berhasil meninggalkan rumah tersebut, tempat di mana dia dikendalikan serta mendapat kekerasan dari suaminya. Cecilia menumpang di rumah sahabatnya yang seorang polisi bernama James (Aldis Hodge) yang memiliki anak perempuan bernama Sydney (Storm Reid).

Cecilia kemudian mendapatkan berita bahwa Adrian meninggal dunia karena bunuh diri. Namun, Cecilia tidak percaya kabar duka itu. Ia bahkan merasa ada yang mengawasi dan membuntutinya, sesuatu yang tak terihat oleh mata.

Keganjilan demi keganjilan dialami oleh Cecilia. Mulai dari sepucuk surat dalam kotak surat di rumah James yang ditujukan kepada Cecilia, padahal ia merasa tidak ada orang lain yang mengetahui persembunyiannya.

Kemudian ketika Cecilia berbincang berdua dengan Sydney, tiba-tiba ada yang menampar Sydney. Sydney berteriak dan membuat James datang untuk mengamankan putrinya tersebut dari Cecilia.

Cecilia berusaha berusaha membuktikan kepada orang-orang bahwa dirinya tengah diburu oleh makhluk tak kasat mata. Namun, orang di sekitarnya justru menganggap dirinya seperti sedang mengalami gangguan kejiwaan.

Untuk membuktikan keyakinannya, Cecilia kembali datang ke rumah Adrian. Ia masuk ke salah satu ruang semacam laboratorium, dan menemukan sesuatu yang akan mengungkapkan rahasia di balik keanehan yang dialaminya.

Psikologi, Thriller, dan Sci-Fi

The Invisible Man merupakan perpaduan dari film psikologi, thriller, dan science fiction yang akan membuat penonton tegang sekaligus penasaran tentang apa yang dialami oleh sang tokoh utamanya, Cecilia.

Penonton bisa merasakan kecemasan yang dialami Cecilia, ketika orang-orang tidak percaya omongannya. Cecilia bahkan menjadi tersangka pembunuhan, padahal ia yakin bahwa bukan dirinya yang melakukan pembunuhan tersebut.

Wajah Cecilia berkali-kali ditampilkan secara close up. Wajah pucat tanpa make-up, rambut berantakan, dan tatapan mata yang kosong menggambarkan betapa beratnya masalah kejiwaan yang tengah dialaminya.

Ketegangan dan kejutan membuat penonton tak bisa duduk tenang sepanjang film. Misalnya ada pisau yang tiba-tiba muncul tanpa diketahui siapa yang memegangnya. Juga adegan di rumah sakit jiwa yang menampilkan sesuatu tak kasat mata memburu Cecilia dan menembaki para petugas penjaga.

Sementara itu, sisi science yang ada di film The Invisible Man ini akan mengajak penonton perlahan-lahan bisa menemukan bagaimana makhluk tak kasat mata tersebut bisa melakukan terornya atas Cecilia.

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *