Sosok

Manfaatkan Pelepah Pinang, Rengkuh Banyu Mahandaru Kembangkan Kemasan Ramah Lingkungan

[ A+ ] /[ A- ]

Pelepah pinang umumnya dianggap sebagai limbah pertanian. Karena dipandang tak memiliki nilai ekonomi yang berarti, pelepah dari pohon pinang dibiarkan terbuang begitu saja atau dibakar.

Namun, di tangan Rengkuh Banyu Mahandaru yang kreatif, pelepah pinang diubah menjadi barang yang lebih berguna. Pengembangan produk kemasan dari pelepah pinang tak hanya membantu mengurangi limbah, tetapi juga menawarkan alternatif yang lebih berkelanjutan dibandingkan dengan plastik.

Pemanfaatan Pinang, dari Tradisi hingga Komoditas Perdagangan

Pinang (Areca catechu) tumbuh subur di daerah tropis seperti Indonesia. Tanaman ini memiliki beragam nama berbeda di tiap daerah, seperti pineung (Aceh), urai (Sumatera Selatan), pining (Sumatera Utara), jambe (Jawa), penang (Madura), rapo (Sulawesi Selatan), buah (Bali), hua, bua (Nusa Tenggara), dan hena (Maluku).

Pinang telah lama digunakan oleh masyarakat. Tradisi mengunyah biji buah pinang yang dicampur dengan bahan lainnya (kapur, tembakau, cengkeh, gambir, dan daun sirih) telah lama dilakukan di beberapa daerah. Aktivitas ini dipercaya bisa menyehatkan gigi dan mulut.

Tradisi tersebut tidak terlepas dari khasiat biji buah pinang yang mengandung komponen fitokimia sebagai antioksidan dan antibakteri. Di era modern, zat-zat tersebut digunakan pada bidang farmasi sebagai campuran pembuat obat disentri, obat cacing, dan obat kumur. Selain itu, pinang juga dimanfaatkan sebagai campuran kosmetik, campuran permen, serta zat pewarna alami pada kain dan kapas.

Indonesia menjadi penghasil terbesar buah pinang di dunia bersama dengan India, Bangladesh, Myanmar dan Sri Lanka. Dengan total produksi 215 ribu metrik ton pada 2021, Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia.

Karena nilai ekonominya yang tinggi dalam komoditas perdagangan dunia, buah pinang adalah bagian terpenting dari tanaman pinang. Sementara bagian-bagian lainya dari tanaman ini sering diabaikan begitu saja. Pelepah daun pinang, misalnya, sering dianggap tidak memiliki nilai ekonomi. Padahal, pelepah pinang merupakan material yang kuat karena memiliki tensile strength yang baik. Dengan perlakuan yang tepat, pelepah bisa dimanfaatkan untuk keperluan tertentu.

Rengkuh Banyu Mahandaru Melihat Potensi Pelepah Pinang sebagai Bahan Ramah Lingkungan

Pelepah pinang sering dianggap sebagai limbah pertanian. Pelepah yang terjatuh dari pohonnya biasanya dibiarkan begitu saja oleh petani, atau dibakar karena bisa menjadi sarang nyamuk jika tergenang oleh air hujan.

Rengkuh Banyu Mahandaru melihat ada potensi dalam pelepah pisang. Ia bersama dua rekannya, Almira Zulfikar dan Fadhlan Makarim, mendirikan perusahaan rintisan atau start-up yang dinamakan Plepah. Perusahaan rintisan ini memiliki fokus untuk menciptakan kemasan makanan ramah lingkungan sebagai alternatif pengganti plastik atau styrofoam.

Plepah terinspirasi oleh riset yang dilakukan oleh Rengkuh di Jaipur, India. Rengkuh melihat masyarakat di sana setiap hari menggunakan peralatan makan yang ramah lingkungan, seperti piring dan mangkuk dari dedaunan yang dikeringkan.

Sepulang ke Indonesia, Rengkuh mendapat kesempatan berkunjung ke Jambi saat ia bekerja di salah satu Non Governmental Organization (NGO). Tugasnya ialah membantu masyarakat setempat untuk tidak merambah hutan dengan meningkatkan kemampuan ekonomi melalui pemanfaatan kayu.

Di Jambi, Rengkuh melihat banyak tanaman pinang. Pelepah pinang yang jatuh dibiarkan begitu saja. Dari sinilah ia dan timnya mulai melakukan riset untuk memanfaatkan pelepah pinang sebagai bahan kemasan makanan.

Rengkuh mengajak petani untuk mengumpulkan pelepah pinang. Dari 2-3 hektar kebun pinang, petani bisa mengumpulkan 5-10 kilogram pelepah yang jatuh dari pohon setiap hari. Pelepah tersebut kemudian dikirim ke pabrik untuk diproses dengan mesin cetak menjadi wadah makanan.

Proses pembuatan wadah kemasan berbahan pelepah pinang dengan mesin cetak (Sumber gambar: kompas.id)

Hasil produksi Plepah terus meningkat, dari semula 1.000 kemasan per bulan menjadi 120.000 per bulan. Saat ini manfaat program Plepah sudah dirasakan oleh 30-40 kepala keluarga. Mereka mendapatkan peningkatan pemasukan hingga Rp1.500.000 setiap bulan.

SATU Indonesia Awards 2023

Atas inovasinya dalam memanfaatkan pelepah pinang sebagai bahan kemasan yang ramah lingkungan, Rengkuh Banyu Mahandaru mendapatkan apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards Tahun 2023 ketegori kelompok untuk seluruh bidang.

SATU Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi yang diberikan oleh Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan bagi masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.

Upaya Rengkuh untuk mengembangkan kemasan ramah lingkungan berbahan pelepah pisang septutnya menjadi teladan bagi generasi muda. Bahwa melalui inovasi dan kreativitas, bahan yang dianggap tidak berguna bisa diubah menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomi.

Referensi:

  • Astramagz Edisi Maret 2024
  • https://bisnis.tempo.co/read/1904076/profil-rengkuh-banyu-mahandaru-inisiator-plepah-kenalkan-produk-kemasan-dari-pelepah-pinang
  • https://www.kompas.id/baca/tokoh/2024/04/11/rengkuh-banyu-mahandaru-dan-analogi-tusuk-gigi
  • https://www.kemendag.go.id/berita/foto/mendag-menerima-kunjungan-eksportir-pinang
Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *