Sosok

Menjaga Asa Nelayan Tradisional melalui Aplikasi Pelacak Ikan

[ A+ ] /[ A- ]

Game online sering dianggap sebagai penyebab merosotnya etika dan kesehatan mental generasi muda di era digital ini. Namun, di tangan anak muda yang kreatif dan inovatif, permainan ini bisa menjadi inspirasi untuk melakukan perubahan yang berdampak positif bagi banyak orang.

Adalah I Gede Merta Yoga Pratama, seorang anak muda dari Bali yang terinspirasi oleh Pokemon Go. Permainan augmented reality ini menjadi inspirasi bagi Yoga untuk mengembangkan aplikasi FishGo.

Aplikasi FishGo yang berbasis navigasi ini mampu melacak posisi ikan di laut. Berkat digitalisasi ini, para nelayan Pulau Dewata bisa menangkap ikan dalam jumlah lebih banyak dan waktu lebih singkat.

Ironi Nelayan yang Miskin di Laut yang Kaya

Indonesia adalah negara dengan 70 persen wilayah berupa lautan. Sejak dulu wilayah pesisir dan lautan Indonesia memiliki sumber daya yang kaya. Tidak mengherankan apabila Koes Plus dalam sebuah lagunya mengatakan, “Bukan lautan, hanya kolam susu.

Indonesia berada pada peringkat kedua dalam hal produksi perikanan tangkap. Tak hanya itu, Indonesia juga menjadi pemasok tuna terbesar di dunia, yaitu sebesar 17 persen produksi global.

Namun, kekayaan laut Indonesia tak serta-merta mendongkrak kesejahteraan nelayan. Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2018 sebanyak 20-48 persen nelayan di Indonesia masih berada di garis kemiskinan. Di negeri yang kaya hasil lautnya, nelayan bahkan menjadi salah satu profesi paling miskin. Sungguh menjadi suatu ironi!

Digitalisasi Nelayan Tradisional

Meski lahir dari keluarga petani di Buleleng yang merupakan kawasan dataran tinggi, I Gede Merta Yoga Pratama malah membaktikan diri untuk mengubah nasib nelayan di daerah pesisir Badung. Hal ini terjadi ketika ia kuliah di Fakultas Ilmu Kelautan Universitas Udayana, Bali.

Pada saat melakukan studi lapangan, ia melihat banyak nelayan yang hidup kurang sejahtera. Para nelayan harus melaut berhari hari, tapi hasil tangkapan tidaklah banyak. Mereka juga sulit mendapatkan informasi cuaca dan kondisi laut.

Yoga yang sempat mengikuti pertukaran mahasiswa ke Jepang melihat kondisi yang berbeda antara nelayan di Bali dan Jepang. Para nelayan di Negeri Sakura telah memanfaatkan teknologi untuk menangkap ikan, sementara nelayan di Bali masih banyak yang menggunakan cara tradisional. Yoga pun bermaksud melakukan digitalisasi untuk membantu nelayan tradisional di daerahnya.

Yoga kemudian mencari cara untuk mengenalkan penggunaan teknologi kepada nelayan lokal. Ia pun mengembangkan aplikasi digital yang mampu memberikan informasi tentang posisi ikan dengan menggunakan citra satelit.

Saat mengembangkan aplikasi tersebut, Yoga terinsiprasi oleh permainan online Pokemon Go yang berbasis navigasi. Para pemain game ini harus berjalan untuk mencari beragam karakter pokemon. Yoga pun menamakan aplikasi yang dikembangkannya dengan FishGo. Aplikasi ini bisa memperlihatkan titik koordinat area yang banyak ikannya.

Tidak Langsung Mendapat Respons Positif

Awalnya, para nelayan tak memberikan respons positif saat Yoga menawarkan aplikasi pelacak ikan tersebut. Mereka menolak dan marah, karena menyangka Yoga bermaksud untuk menipu.

Namun, penolakan itu tidak membuat Yoga berputus asa. Ia terus mencari cara agar aplikasi FishGo bisa digunakan oleh nelayan untuk membantu menangkap ikan. Yoga kemudian menjanjikan kompensasi uang apabila nelayan gagal mendapatkan ikan ketika menggunakan FishGo.

Saya harus membayar mereka 300 ribu sekali jalan,” ungkap Yoga.

Untuk membiayai kompensasi itu, Yoga menggunakan dana penelitian yang ia terima sebagai pemenang Badung Festival Inovasi pada tahun 2017. Ia bahkan menggunakan uang beasiswa yang diperolehnya dari kampus.

Upaya yang dilakukan Yoga pun berhasil. Para nelayan mau menggunakan FishGo. Kini aplikasi ini telah dimanfaatkan oleh banyak nelayan.

Dengan FishGo, nelayan bisa menangkap 120 kilogram ikan per hari, dari sebelumnya hanya 40-60 kilogram saja. Selain itu, waktu untuk melaut menjadi lebih hemat, dari semula 28 jam menjadi 6 jam saja. Hal itu juga membuat pemakaian bahan bakar lebih hemat.

(I Geda Merta Yoga Pratama menerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2020. Sumber: instagram.com/mertayogapr)

Apresiasi SATU Indonesia Awards 2020

Atas inovasi yang telah dilakukannya, I Gede Merta Yoga Pratama mendapatkan Apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2020 di bidang teknologi. SATU Indonesia Awards diberikan oleh Astra bagi anak bangsa yang telah berkontribusi untuk mendukung terciptanya kehidupan berkelanjutan melalui berbagai bidang, yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.

Dengan digitalisasi, Yoga telah menjaga asa nelayan tradisional di daerahnya. Dengan aplikasi FishGo yang dikembangkannya, Yoga berharap agar potensi kelautan Indonesia dapat dimanfaatkan oleh nelayan lokal.

Semoga apa yang telah dilakukan oleh I Gede Merta Yoga Pratama bisa menjadi teladan bagi generasi muda. Teknologi digital harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kesejahteraan masyarakat.

Referensi:

Astramagz Edisi Juni 2024 V2 (https://astramagz.astra.co.id/data/edisi_06_2024/#p=80)

https:// warnawarnibali.com/2023/11/06/i-gede-merta-yoga-pratama-menjaga-asa-nelayan-penebar-jala/

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *