Papua memiliki kekayaan alam melimpah. Dari hutan tropis hingga tambang mineral, potensi ekonomi pulau paling timur dari wilayah Indonesia ini sangat besar. Namun, banyak masyarakatnya yang belum terakses pendidikan yang memadai. Sangat ironis, mengapa pulau yang begitu kaya ini tidak mampu memberikan pendidikan yang layak bagi seluruh masyarakatnya?
Beragam faktor menjadi jawaban atas pertanyaan tersebut. Salah satunya yaitu kurangnya tenaga pengajar berkualitas. Banyak wilayah di pulau ini yang masih terpencil dan sulit dijangkau, sehingga menjadi guru bagi anak-anak Papua tidaklah mudah.
Di tengah kondisi yang sangat terbatas ini, masih ada seorang guru yang memiliki hati besar untuk mendidik anak-anak Papua. Dia adalah Diana Cristiana Da Costa Ati, seorang ibu guru dari Nusa Tenggara Timur yang tergerak untuk mengabdi di Kabupaten Mappi, Provinsi Papua Selatan.
Ketika banyak orang datang ke kota untuk memiliki hidup yang lebih enak, Diana memilih untuk memberantas buta huruf di daerah pedalaman. Ia menilai, anak-anak di daerah terpencil ini juga punya hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Pengabdian Diana dimulai saat ia mendaftar Program Guru Penggerak Daerah Terpencil (GPDT) Kabupaten Mappi, Papua Selatan pada 2018. Program ini merupakan inisiatif Kristosimus Yohanes Agawemu, Bupati Mappi periode 2017-2022, bekerja sama dengan Gugus Tugas Papua Universitas Gadjah Mada (UGM).
Diana menjejakkan kaki di Mappi pada Oktober 2018. Ada perbedaan besar yang ia lihat antara Mappi dan Atambua (NTT), tempat di mana Diana tumbuh besar. Di Mappi, akses telekomunikasi dan transportasi masih sangat terbatas.
”Saya cukup kaget. Di Kepi, ibu kota Mappi, akses internet hanya pakai voucer Wi-Fi Rp 20.000 untuk satu jam. Sedangkan di kampung-kampung, sinyal telepon dan internet baru masuk setelah tahun 2021,” kata Diana.
Diana dan rekan-rekannya ditempatkan di Kampung Kaibusene, Haju, satu dari dua kampung terpencil yang ada di Mappi. Mereka mengajar di SD setempat. Di Kaibusene, Diana harus menggunakan perahu untuk ke sekolah.
Kontraknya di Kampung Kaibusene berakhir pada tahun 2020. Saat itu juga terjadi pandemi COVID-19 dan kegiatan belajar mengajar terhenti. Diana pulang ke kampung halamannya di Atambua, NTT.
Setelah berlibur cukup lama di kampung halaman, Diana memutuskan kembali ke Kabupaten Mappi. Pada tahun 2021, Diana melanjutkan kontraknya di Kampung Atti, Minyamur. Untuk mencapai kampung ini dari Kota Kepi, perlu waktu sampai satu hari dengan naik mobil dan dilanjutkan berjalan kaki.
Warga Kampung Kaibusene dan Kampung Atti tidak memiliki pekerjaan tetap. Kaum laki-laki biasanya mencari gaharu di hutan, kaum perempuan memangkur sagu, dan anak-anak terbiasa mencari ikan untuk makan.
Tanpa sekolah, mereka sudah bisa mencari makan. Begitu anggapan para orangtua selama ini. Namun, Diana menyampaikan kepada mereka bahwa anak-anak harus punya mimpi lebih tinggi, tak sebatas untuk hidup dan makan. Impian ini hanya bisa diraih melalui pendidikan.
Di SD Negeri Atti, Diana mengajar Matematika dan Bahasa Indonesia untuk murid kelas V dan VI. Meski mengajar di kelas akhir, Diana harus mengulang kembali dasar-dasar membaca, menulis, dan berhitung Fokus utama adalah memberantas buta huruf.
Setelah lancar, Diana baru mengajar materi lainnya sesuai kurikulum. Selain itu, pendidikan nasionalisme sesekali disisipkan. Ia dan dua rekan sesama guru penggerak di kampung itu, harus berhati-hati karena di daerah tersebut banyak simpatisan Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Kerja keras Diana dan rekan-raknnya akhirnya membuahkan hasil. Anak-anak Kampung Atti mulai bisa membaca dan menulis, sekaligus memiliki jiwa nasionalis. Tak hanya itu, murid-murid lulusan SD Negeri Atti juga ada yang berhasil melanjutkan pendidikan ke SMP di kota.
Berkat pengabdian yang besar bagi anak-anak pedalaman di Kabupaten Mappi, Diana mendapatkan penghargaan dari Astra. Ia menjadi penerima penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards tahun 2023 untuk bidang pendidikan.
SATU Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi yang diberikan oleh Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan bagi masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.
Dedikasi Diana Cristiana Da Costa Ati sebagai guru penggerak di pedalaman Papua Selatan sudah sepantasnya menjadi inspirasi bagi generasi muda. Bahwa tantangan geografis bukanlah penghalang untuk mengabdi bagi negeri tercinta ini.
Referensi:
- Astramagz Edisi Desember 2023
- https://www.kompas.id/baca/tokoh/2024/07/12/diana-da-costa-calistung-bersama-anak-papua-selatan
- https://nasional.tempo.co/read/1891401/cerita-diana-menjadi-guru-penggerak-untuk-berantas-buta-huruf-di-pedalaman-papua-selatan