Bersepeda banyak diminati masyarakat di masa pandemi dan new normal sekarang ini. Jika kalian sedang berada di Pati, Jawa Tengah, tidak ada salahnya untuk mencoba bersepeda ke Waduk Seloromo, Gembong, Pati. Pemandangan di sekitar waduk begitu indah terutama saat sore hari dan jaraknya juga tidak terlalu jauh dari pusat kota.
Waduk Seloromo atau yang juga dikenal dengan Waduk Gembong ini berada di sebelah barat laut Pati. Jika berangkat dari alun-alun Pati, jaraknya sekitar 15 kilometer. Akses menuju waduk juga cukup bagus, berupa jalan aspal yang kondisinya mulus. Kalian bisa ke lokasi tersebut dengan kendaraan pribadi seperti mobil atau sepeda motor, dan bisa juga dengan bersepeda. Nah, kali ini saya akan berbagi pengalaman bersepeda ke waduk tersebut.
Bersepeda ke Waduk Seloromo Pati
Beberapa waktu lalu saya pulang ke kampung halaman di Pati, Jawa Tengah. Saya biasanya senang berkunjung ke tempat-tempat wisata setempat jika sedang mudik, atau mencicipi kuliner yang ada. Namun karena sedang terjadi pandemi, saya tidak bisa lagi melakukan hal tersebut dengan leluasa. Ya, bagaimanapun juga saya perlu melakukan protokol kesehatan.
Kebetulan di rumah ada sepeda milik keponakan-keponakan yang sedang tidak terpakai, karena mereka tengah menjalani school from home. Suatu sore, saya meminjam sepeda tersebut untuk bersepeda ke Waduk Seloromo. Saya berangkat jam 3 sore, mulai menyusuri jalan kota Pati dengan tak lupa mengenakan topi serta masker penutup hidung dan mulut. Saya memperkirakan akan tiba di lokasi 1 hingga 1,5 jam kemudian.
Baca juga: Stasiun Juwana dan Stasiun Pati, Riwayatmu Kini
Lima kilometer pertama yang saya lalui adalah jalan raya yang berada di kota Pati yang lurus dan datar. Tidak ada kesulitan berarti untuk menempuh jarak tersebut. Namun, pada 10 kilometer selanjutnya jalur yang saya lalui mulai menanjak. Jalur ini berupa jalan aspal, yang di kiri-kanannya terdapat rumah, sawah, dan kebun milik warga.
Saya dipaksa untuk mengeluarkan ekstra tenaga untuk melalui jalur menanjak tersebut. Otot-otot paha dan betis terus bekerja mengayuh pedal sepeda. Nafas terengah dan keringat mengucur. Saya yang memang tidak terbiasa bersepeda di jalur tanjakan, mulai merasakan kelelahan.
Mau tak mau, saya terpaksa berhenti untuk minum dan bersitirahat memulihkan tenaga. Ada 4 kali istirahat yang saya lakukan. Perkiraan waktu tempuh 1 sampai 1,5 jam meleset. Saya tiba di Waduk Seloromo jam 5 sore, setelah menempuh waktu dua jam perjalanan.
Salah satu tempat yang saya jadikan perhentian ialah situs Gapura Majapahit yang memang berada di rute yang saya lalui. Situs ini merupakan salah satu cagar budaya yang dilindungi. Lain kali saya akan menulis tentang peninggalan sejarah ini.

Menikmati Senja di Waduk Seloromo
Tiba di lokasi waduk, saya segera mencari tempat yang nyaman untuk menikmati pemandangan. Ada dua titik yang biasanya digunakan pengunjung untuk menikmati suasana tenang di waduk tersebut. Pertama, di atas bendungan dekat dengan pintu air. Lokasi ini berupa jalur beton sepanjang kira-kira 100 meter yang berada di atas bendungan.
Titik kedua yaitu berada langsung di pinggir perairan waduk. Ada tanah berumput dengan pohon-pohon randu berukuran besar di sekelilingnya. Saya memilih titik kedua di pinggir air waduk. Dari jalan aspal, saya bersepeda belasan meter saja untuk mencapainya.
Saya kemudian turun dari sepeda, mencari tempat yang nyaman untuk duduk di atas rumput dan menikmati waktu menjelang senja. Pengunjung lain juga tengah menikmati suasana yang tenang dengan angin yang berhembus sejuk.
Matahari masih terlihat di atas bukit yang berada di sebelah barat. Waduk Seloromo ini memang berada di daerah perbukitan, di sebelah timur Gunung Muria. Gunung ini menjadi perbatasan bagi 3 kabupaten, yakni Pati, Kudus, dan Jepara.
Sayang sekali saat itu saya tidak melihat aktivitas nelayan yang tengah mencari ikan di waduk. Pada kunjungan sebelumnya, saya sempat menyaksikan seorang nelayan yang berada di perahunya dan menjaring ikan. Ia menyisir waduk dari satu titik ke titik lain sambil tak henti-hentinya menebar dan menarik jaring. Setelah menepi, ia kemudian menjual hasil tangkapannya kepada pengunjung yang berminat.
Baca juga: Sekeping Senja di Waduk Seloromo
Lambat-laun matahari mulai bergerak turun ke arah bukit yang berada di sisi barat waduk. Warna langit yang kuning keemasan terpantul di permukaan air waduk, menjadi pemandangan yang begitu memanjakan mata. Di waktu berikutnya, cahaya matahari berangsur menghilang dan langit mulai gelap.
Saya pun beranjak meninggalkan Waduk Seloromo yang dibangun pada tahun 1930 di masa pendudukan Belanda ini. Perjalanan pulang jauh lebih cepat dan tidak menguras tenaga daripada saat berangkat tadi, karena jalurnya berupa turunan.
Nah, itulah pengalaman saya bersepeda ke Waduk Seloromo, Kecamatan Gembong, Kabupaten Pati. Destinasi ini cocok bagi kalian yang menyukai olahraga bersepeda dan penikmat suasana senja atau sunset. Bagi kalian yang tidak hobi bersepeda, tenang saja! Kalian bisa menggunakan mobil atau sepeda motor ke waduk ini. Namun, tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan, untuk menghindari penularan virus Covid-19.