Kesehatan mental anak dan Kebiasaan berbohong
Parenting

Kesehatan Mental Anak dan Kebiasaan Berbohong

Pandemi Covid-19 membawa perubahan besar terhadap kehidupan. Keadaan ini tidak hanya memengaruhi perilaku, namun juga bisa berdampak terhadap kesehatan mental anak.

Anak-anak diharuskan belajar dari rumah dan tak bebas lagi untuk berkumpul dan bermain dengan teman-temannya, untuk mencegah penularan virus. Padahal, anak-anak tidak sepenuhnya memahami Covid-19 ini.

Belajar Daring dan Pengaruhnya terhadap Kesehatan Mental Anak

Kegiatan belajar secara daring dengan bermacam tugas yang harus diselesaikan, bisa menimbulkan kecemasan bagi anak. Belum lagi jika orang tua tidak bisa sepenuhnya memberikan pendampingan, sebagaimana yang sebelumnya biasa dilakukan oleh guru di sekolah, maka hal tersebut akan memengaruhi kesehatan mental anak.

Untuk menghindari situasi yang membuat cemas dan takut, kadang anak-anak akan melakukan kebohongan. Misalnya, anak-anak mengaku telah menyelesaikan tugasnya demi mendapatkan izin dari orang tua agar mereka bisa bermain atau menonton acara favorit di televisi. Kebohongan ini bisa juga diakukan agar anak terhindar dari hukuman karena belum menyelesaikan tugas-tugasnya tersebut.

Kebiasaan berbohong tersebut tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Orang tua perlu melakukan beberapa hal agar anak bisa menyadari dan menghentikan kebiasaan yang tidak baik tersebut. Jika tidak, maka kebiasaan berbohong bisa menyebabkan permasalahan yang lebih besar.

Semua Berawal dari Rumah

Ada peribahasa mengatakan “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Demikian juga dengan kesehatan mental anak juga dipengaruhi oleh orangtua mereka. Pola asuh, perkataan, dan perilaku orang tua memiliki peran penting yang berpengaruh bagi anak-anak.

Anak-anak adalah peniru yang baik. Kebiasaan yang mereka lakukan, meniru atau mengikuti kebiasaan orang-orang di sekitarnya. Bila orang tua biasa melakukan kebohongan, anak-anak juga ‘diajarkan’ untuk memiliki kebiasaan berbohong.

Karena itulah, orang tua perlu memberikan teladan yang baik dalam perkataan, pemikiran, maupun tidakan. Dengan memberikan teladan untuk tidak berbohong, orang tua telah memberikan fondasi atau dasar yang kuat agar anak-anak tidak terbiasa melakukan kebohongan. Misalnya saja, orangtua tidak boleh berbohong tentang usia anak saat membeli tiket masuk sebuah pertunjukan. Dari hal yang tampak sepele ini, anak-anak akan meniru apa yang mereka lihat.

Hindari Memberi Hukuman Berlebih

Orang tua juga perlu untuk menghindarkan diri dari memberi hukuman yang berat atau berlebihan jika anak melakukan sebuah kesalahan. Dalam sebuah studi  yang membandingkan sekolah di Afrika Barat yang menerapkan hukuman berat (memukul dengan tongkat, menampar, dan mencubit) dengan sekolah yang memberlakukan teguran, menunjukkan bahwa sekolah yang memberlakukan hukuman berat lebih cenderung memiliki murid yang menjadi pembohong yang efektif.

Orang tua juga perlu membuka dialog untuk mengetahui masalah apa yang tengah dialami oeh anak-anak. Keluarga yang menerapkan aturan ketat serta menutup dialog, maka anak-anaknya juga menunjukkan frekuensi berberbohong yang lebih sering.

Pada saat anak-anak melakukan proses belajar dari rumah di masa pandemi ini, orang tua peru menghindari memberikan hukuman yang berat saat anak belum atau tidak mengerjakan tugasnya. Sebaiknya, dialog perlu dibangun oleh orang tua untuk mencari tahu penyebab anak belum atau tidak mengerjakan tugasnya tersebut.

Berikan Pujian

Agar anak terbiasa untuk bekata dan berperilaku jujur, maka orang tua juga perlu memberikan apresiasi bagi anak-anak yang telah berhasil melakukannya. Menghargai  kejujuran anak bisa dilakukan dengan memberikan pujian yang tulus kepada mereka.

Misalnya dengan mengucapkan terima kasih ketika anak telah mengakui kesalahan atau telah berkata jujur, dan kata-kata pujian yang lainnya. Terlihat sepele, namun hal ini akan memberikan efek positif di kemudian hari.

Konsultasi dengan Dokter

Jika anak masih saja melakukan kebiasaan berbohong meskipun orang tua telah melakukan berbagai hal untuk mengatasinya, maka sebaiknya orang tua segera berkonsultasi dengan dokter. Jangan dibiarkan berlarut, karena hal ini berdampak terhadap kesehatan mental anak.

Di masa new normal ini, orang tua bisa melakukan konsultasi meskipun berada di rumah. Orang tua bisa memanfaatkan aplikasi kesehatan yang bisa diakses melalui smartphone. Misalnya melaui aplikasi Halodoc. Aplikasi Halodoc ini memiiki fitur paing lengkap se-Indonesia. Jangan menunggu sakit, ketika sehat kita tetap bia menggunakan fitur aplikasi Halodoc untuk membantu kita agar tetap fit.

Baca juga: Cara Membuat Campuran Disinfektan Covid-19

Dengan Halodoc, kita bisa melakukan hal-hal berikut:

~ Bisa chat dokter
Saat kita mempunyai masalah kesehatan atau butuh informasi kesehatan tertentu, kita bisa chat langsung dengan dokter umum dan spesialis di Halodoc, kapan saja di mana saja.

~ Bisa beli obat
Kita bisa beli obat, vitamin, perawatan wajah & kulit, dengan memeannya di Halodoc. Semuanya akan diantar langsung dalam kondisi tersegel rapi.

~ Bisa kunjungi rumah sakit.
Kita juga bisa mencari dan membuat janji dokter di rumah sakit di Halodoc. Tanpa perlu antri administrasi, kita bisa langsung masuk ruang konsultasi dokter.

~ Bisa cek lab
Prodia sudah bekerja sama dengan Halodoc, jadi kita bisa cek lab langsung di rumah. Hasilnya pun langsung otomatis masuk ke akun Halodoc kita.

Baca juga: Sakit Meriang Tidak Sebatas Merindukan Kasih Sayang

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *