Sosok

Upaya Reza Permadi Rintis Digitalisasi Desa Wisata untuk Pariwisata Berkelanjutan

[ A+ ] /[ A- ]

Kegagalan seringkali dipandang sebagai sesuatu yang negatif. Namun, jika seseorang melihatnya dari sudut pandang yang berbeda, kegagalan bisa menjadi guru yang terbaik untuk mencapai keberhasilan.

Salah satu kutipan dari Winston Churchill menyebutkan, “Kegagalan adalah kesempatan untuk memulai lagi dengan lebih baik. Kesuksesan bukanlah akhir, kegagalan bukanlah bencana. Yang terpenting adalah keberanian untuk melanjutkan.

Semangat untuk bangkit dari kegagalan inilah yang dimiliki oleh seorang pemuda bernama Reza Permadi. Dari kegagalan, ia belajar untuk melakukan hal yang lebih baik yang tidak hanya berguna untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk banyak orang.

Berawal dari Kegagalan Menggapai Atap Pulau Jawa

Suatu Ketika di tahun 2014, Reza Permadi melakukan perjalanan dari Jakarta untuk mendaki Gunung Semeru. Sebagaimana seorang pendaki gunung, ia membawa ransel berisi berbagai perlengkapan. Namun, ia terpaksa kecewa ketika tiba di lokasi. Ternyata pendakian ditutup, sementara informasi penutupan pendakian ini tidak tersebar luas.

Rencana yang telah ia susun matang untuk menggapai atapnya Pulau Jawa seakan menjadi sia-sia. Ongkos yang telah dikeluarkan pun terbuang percuma begitu saja.

Seandainya saja ada platform yang menginformasikan jika pendakian ditutup, para pengunjung bisa lebih tertolong dan biaya perjalanan juga tidak terbuang percuma,” ungkap Reza.

Pengalaman tidak menyenangkan ini tidak membuat Reza patah semangat. Sebaliknya, kegagalan ini malah menjadi pemicu untuk melakukan perubahan yang lebih baik terhadap kepariwisataan di tanah air.

Transformasi Digital untuk Pariwisata Indonesia

Tak bisa disangkal jika Indonesia memiliki banyak tempat wisata yang menarik. Namun, banyaknya destinasi ini tak serta-merta membuat jumlah kunjungan wisata menjadi banyak juga. Jumlah kunjungan wisatawan di Indonesia bukanlah yang paling besar di Asia Tenggara.

Wisatawan saat ini melakukan riset tentang destinasi wisata sebelum melakukan kunjungan. Yang mereka butuhkan adalah informasi mulai dari agenda wisata, biaya akomodasi, hingga kuliner setempat. Sayangnya, pelaku wisata di Indonesia belum optimal menyediakan informasi yang diperlukan wisatawan.

Sebagian besar pengelolaan sektor pariwisata seperti desa wisata di Indonesia masih konvensional. Banyak desa wisata yang belum melakukan pencatatan kunjungan wisatawan, mulai dari nama, nomor ponsel, hingga email. Keuangan pun belum tercatat rapi.

Data BPS pada tahun 2021 menunjukkan baru 20 persen pengelola wisata di Indonesia yang go digital. Hal ini tidak sebanding dengan 70 persen wisatawan yang sudah go digital.

(Reza Permadi saat berada di Pasar Terapung Lok Baintan, Kalimantan Selatan. Sumber gambar: akun Instagram Reza Permadi)

Melihat ketimpangan ini, Reza Permadi mencoba untuk melakukan digitalisasi desa-desa wisata di Indonesia. Pada tahun 2019, ia merintis program Autorin Visitor Management System (AVMS) sebagai upaya transformasi digital tersebut. Program ini dirancang untuk membantu pengelola destinasi atau desa wisata dalam penjualan paket dan atraksi wisata melalui layanan online, sekaligus membangun basis data pengunjung dan pencatatan keuangan.

Layanan penjualan online membantu pengelola destinasi dalam mengedepankan konsep pariwisata berkelanjutan. Penerapan manajemen kuota pengunjung harian bisa mengurangi mass tourism. Wisatawan juga lebih mudah dan cepat dalam memesan tiket secara online. Setelah melakukan pembayaran, wisatawan menerima tiket elektronik yang nantinya akan diperlihatkan di pintu masuk saat melakukan kunjungan. Pengelolaan data pengunjung dan pencatatan keuangan secara terpusat memberi banyak manfaat. Data ini bisa digunakan pengelola wisata dalam pengambilan keputusan bisnisnya di masa mendatang.

Upaya Reza untuk memajukan kepariwisataan bukanlah tanpa tantangan. Misalnya saat terjadi pandemi COVID-19 pada tahun 2020, sektor pariwisata ikut terkena dampaknya. Namun, Reza tak menyerah begitu saja. Ia meluncurkan tur virtual agar promosi tujuan wisata tetap berjalan di tengah pembatasan perjalanan.

Tantangan lainnya yaitu sumber daya manusia. Banyak pengelola wisata yang kurang memahami pemanfaatan teknologi. Karenanya, pelatihan digital terhadap sumber daya manusia di desa wisata terus dilakukan.

Reza optimis dengan target 4.500 desa wisata bisa berkolaborasi dengan sistem AVMS di tahun 2030. Melalui transformasi digital, pariwisata berkelanjutan bisa diwujudkan.

(Reza Permadi saat menerima penghargaan SATU Indonesia Awards 2023. Sumber gambar: akun Instagram Reza Permadi)

SATU Indonesia Awards 2023

Atas upayanya dalam digitalisasi desa wisata, pada tahun 2023 Reza Permadi terpilih sebagai sosok generasi muda inspiratif yang menerima Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards di bidang teknologi.

SATU Indonesia Awards merupakan wujud apresiasi yang diberikan oleh Astra untuk generasi muda, baik individu maupun kelompok yang memiliki kepeloporan dan melakukan perubahan bagi masyarakat di bidang kesehatan, pendidikan, lingkungan, kewirausahaan, dan teknologi.

Apa yang dilakukan oleh Reza Permadi menjadi teladan bagi generasi muda bahwa kegagalan bisa menjadi cambuk untuk meraih sukses. Reza telah menunjukkan bahwa kegagalannya menggapai atap Pulau Jawa menjadi titik awal untuk membangun atap yang bisa menaungi desa-desa wisata dalam tranformasi digital.

Bagikan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *